Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 7 Zukaidah 1443
Fitrah Kebaikan
Saudaraku, di samping naluri bertuhankan Allah, Islam, suci, tak membawa dosa warisan, asli apa adanya, membawa potensi internal, setiap diri juga lahir ke dunia ini dalam kondisi fitrah, baik dan cenderung pada kebaikan. Oleh karena itu setiap kita, lontuan, tuan puan itu baik, penting sekali hadir di sini, hidup di dunia ini, agar baik-baik dalam mengabdi pada Ilahi sembari memakmurkan bumi.
Kebaikan setiap diri sudah jauh hari sudah dititip oleh Ilahi dan juga disabda oleh Nabi. Coba apalagi! Apa masih sangsi? Berikut ini di antaranya lontuan ulang-ulang posting di forum ini. Nabi Muhammad saw bersabda,
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تَنْتِجُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ تَرَى فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟
Artinya: Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya? (Hr. Bukhari)
Riwayat tersebut menegaskan bahwa setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dalam kondisi fitrah, baik dan cenderung pada kebaikan. Makanya ketika meninggal dunia saat masih bayi atau bahkan sampai usia anak-anak yang belum tamyiz, ia tercatat meninggal dalam kondisi yang baik tidak membawa dosa apapun, sehingga karenanya menjadi ahli surga. Bahkan dalam beragam riwayat ia dapat memberi "syafaat" bagi orangtuanya yang sama-sama beriman, untuk masuk surga bersama-sama. Ini sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:
ادخلوا الجنة فيقولون: حتى يدخل آباؤنا، فيقال: ادخلوا الجنة أنتم وآباؤكم- رواه النسائي وغيره
“Masuklah kalian ke surga.” Lalu anak-anak itu membalas, “(Kami tidak masuk) sebelum orang tua kami masuk.” Maka Rasulullah saw pun berkata, “Masuklah kalian ke surga, kalian dan orang tua kalian.” (HR Nasai).
Ya, setiap orang pada dasarnya baik dan cenderung pada kebaikan. Tetapi mesti disadari bahwa fitrah baik itu bersifat potensial. Artinya kebaikannya bisa aktual namun juga bisa tidak aktual. Jadi hidup sejatinya ya proses aktualisasi kebaikan. Makanya hidup di sini, kita mengabdi pada Ilahi (Qs. Al-Dzariat 56) dan mengelola memakmurkan bumi (Qs. Al-Baqarah 30).
Agar aktualisasi kebaikan setiap anak dapat maksimal, maka penting didukung oleh faktor eksternal, kedua orangtuanya, teman-teman sepergaulannya, pendidikan yang diikutinya, faktor ajar yang didapatkannya. Bila fakror internal berupa fitrah sudah bersepadu dengan faktor ekternal, maka kebaikannya akan menjadi aktual, bisa dirasakan oleh dirinya, keluarga dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Oleh karenanya wajar, bila kemudian di dunia ini setiap orangtua mencari dan mengusahakan lingkungan (milieu) yang kondusif, lembaga pendidikan yang bonafit islami sebagai tempat mengasah diri, teman-teman pergaulan yang shalih shalihat agar dapat mengaktualisasikan kebaikan yang dibawanya secara potensial sejak lahir.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hidup di dunia ini sebenarnya penting untuk mengaktualisasikan fitrah baiknya. Semoga kita bisa memenuhi amanah kefitrahan ini selama hayat di kandung badan. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian