Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 27 Syawal 1443
Membaca yang Serupa
Saudaraku, istilah individual differences yang mesti dikuasai terutama oleh para pendidik atas ragam perbedaan individu peserta didiknya dalam ranah iman Islam sejatinya juga menunjukkan kemahabesaran Allah, di samping keragaman makhluk ciptaanNya yang lainnya.
Individual differences bukan saja ada pada gaya, kesenangan, sikap, mental dan kondisi psikologis atau keragaman sosiokuktur yang mengitari seseorang, tetapi juga pada hal-hal yang lahiriyah bahkan. Coba perhatikanlah diri kita dan atau orang lain yang sesama manusia. Bermilyar lebih jumlahnya sejak keberadaannya di atas bumi hingga kini, tetapi masing-masing memiliki penanda khas yang membedakan dengan selainnya. Tidak satupun yang memiliki kesamaan total dengan lainnya meski saudara kembar sekalipun. Belum lagi goresan tangan sidik jari yang benar-benar satu-satunya. Subhanallah!
Jangankan dengan orang lain, sidik jari tangan kita sendiri saja antara kiri dan kananpun sudah berbeda. Bukti mudahnya kita tidak bisa melakukan pinger print dengan jari yang berbeda. Jadi harus menggunakan jari yang sudah kita daftarkan melalui perekaman atasnya, baik yang kanan maupun yang kiri. Bila yang kita daftarkan dalam perekaman itu jari kanan, maka saat pinger juga harus mengggunakan jari kanan. Bila menggunakan jari kiri atau jari orang lain pasti mesin akan bilang dengan sopan "ulangi lagi". Maksudnya salah jari yang digunakannya. Demikian juga atas pada layanan mobil banking atau lainnya.
Inilah di akhirat kelak, Allah akan membangunkan semua manusia dari tidurnya alam barzah dengan tanpa salah, meskipun dikubur bersamaan berjejer dalam satu liang lahat yang besar. Bahkan dengan menyusun jari jemari masing-masing kita.
Allah berfirman yang artinya Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.(Qs. Al-Qiyamah 3-4)
Dengan demikian tidak ada seorangpun yang pernah hidup di muka bumi ini memiliki kesamaan dengan lainnya secara persis. Bukankan ini saja sudah cukup membuktikan kemahabesaran Allah Zat Yang Maha Mencipta, Zat Maha Kreatif. Padahal sudah bermilyar manusia singgah di bumi atau hidup di sini. Kalaupun ada, paling-paling mirip alias serupa tapi tetap tidak sama. Serupa wajahnya, tapi tetap tidak sama. Serupa gayanya, suaranya, senyumnya, tetapi tetap ada bedanya.
Diceritakan dalam al-Qur'an, setelah kenaikan Nabi Isa as, maka ada salah seorang muridnya (yakni Yudas Iskariot) yang wajahnya serupa ataupun diserupakan dengannya, sehingga ialah yang ditangkap dan disalib di tiang gantungan. Jadi dalam iman Islam, yang disalib bukan Nabi Isa as tetapi salah seorang muridnya.
Jadi, serupa saja adanya. Begitu juga halnya keadaan atau peristiwa yang terjadi, rasanya berulang atau mengulang. Untuk inipun pengalaman banyak orang menjadi bukti. Sering sekali kita merasa mengalami suatu kondisi dan pengalaman yang serupa. Seolah kondisi tertentu mengulang atas apa yang telah kita lalui. Seakan-akan kita mengalami peristiwa persis seperti yang telah kita alami sebelumnya. Atau jangan-jangan pengalaman sebelumnya itu dilalui dalam mimpi tidurnya.
Namun yang jelas, sebagaimana halnya adanya infividual differences pada setiap orang, juga keadaan, kondisi dan peristiwa yang terjadi itu satu, tak pernah berulang secara totality. Ya itu tadi, kalaupun ada, pasti hanya serupa dan tidak persis sama.
Bila kenyataan ini bisa diterima, maka layak bagi kita menyikapinya dengan bijaksana. Bahkan al-Qur'an juga dikatakan sebagai al-mutasyabih, yang serupa. Karena di dalamnya juga terdapat kabar terkait kisah-kisah umat terdahulu yang serupa dan diulang lagi di berbagai tempat. Sehingga terjadi keserupaan proses pengulangan akan cerita dan nasihat dari kisah-kisah terdahulu.
Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Zumar ayat 23. Allah berfirman yang artinya Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk."
Maha benar dengan segala firmanNya
.
Tags:
Muhasabah Harian