Membaca Pemisah

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 28 Syawal 1443

Membaca Pemisah
Saudaraku, al-Qur'an juga disebut sebagai al-fashl, karena di dalamnya juga berisi pedoman yang dengan jelas memilah memisah antara jalan yang lurus dan jalan yang salah; antara ilham taqwa dan ilham fujur; antara yang haq dan yang bathil; antara yang halal dan yang haram; antara yang berilmu dan yang jahil; antara yang berkualitas dan yang sampah; antara air dan buih; antara yang berakhlaq mahmudah dan yang berakhlak mazmumah.

Jalan yang lurus adalah Islam yang dengannya mengantarkan seluruh pengguna jalan di atasnya selamat, sejahtera, sampai pada tujuan yang dicita-citakan, yakni surga. Sebaliknya jalan yang salah adalah kekafiran, kemunafikan, kefasikan yang dengannya hanya akan mengakibatkan kesengsaraan dan kebinasaan.

Ilham taqwa adalah kebajikan yang dengannya akan mewujud dalam keindahan pekerti, kesalihan, kesantuan dan kebermanfaatan untuk seluas-luasnya kehidupan. Sedangkan ilham fujur hanya akan mengajak manusia pada kejahatan, kedzaliman, kepongahan dan kehancuran.

Adapun yang haq berasal dari Allah sehingga tidak diragukan lagi akan kebenarannya. Karenanya kita berusaha merengkuhnya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan yang bathil berasal dari bujuk rayu setan yang harus terus diwaspadai untuk dijauhi.

Sesuatu yang halal itu unlimted jumlahnya tak terbatas jenis dan ragamnya, sehingga kita sebagai hamba-hambaNya bisa leluasa memanfaatkannya. Sedangkan yang haram itu terbatas jumlahnya, yakni yang jelas-jelas disebut saja. Lalu mangapa ada yang tidak cukup dengan keleluasan yang disediakan, sehingga menabrak mengambil yang haram, senpit dan menyakitkan?

Orang-orang yang berilmu itu takut kepada Allah, semakin mengenali dirinya, mengenali Allah Rabbuna, sehingga amat mencintai dan ingin terus dekat bersamaNya. Sedangkan orang jahil itu orang yang tidak takut pada Allah, terbukti berlaku salah melulu dan jahat tidak mau bertaubat meski sudah diberi nasihat.

Adapun yang berkualitas itu bagaikan air. Kehadirannya dibutuhkan, ia mengairi, menyejukkan, menutupi kekurangan dan meratakannya. Sedangkan yang tak berkualitas alias sampah itu bagaikan buih, ia mengambang, banyak tapi rapuh, tak ada kekuatan, berjakan mengikuti angin berhembus tanpa pendirian sedikitpun dan akan hilang secepatnya ditelan gelombang.

Orang-orang yang berakhlaq mahmudah itu menjadi suluh kehidupan, menebar kebajikan, menyemai biji kebaikan, sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan bagi seluas-luasnya kehidupan. Sedangkan yang berakhlak mazmumah itu korban hawa nafsunya sehingga menruti bujuk rayu setan, maka perlu dikasihi disayangi dengan diingatkan dan dinasihati agar segera kembali ke ridha Ilahi.

Karena begitu gamblang garis memisah antara jalan yang lurus dan jalan yang salah; antara ilham taqwa dan ilham fujur; antara yang haq dan yang bathil; antara yang halal dan yang haram; antara yang berilmu dan yang jahil; antara yang berkualitas dan yang sampah; antara air dan buih; antara yang berakhlaq mahmudah dan yang berakhlak mazmumah, maka masing-masing pengikutnya akan jelas kesudahannya di yaumul fashl.

Di dunia, semua manusia satu sama lain berdasarkan lahiriyahnya membentuk satu masyarakat, namun pada hari Kiamat penghakiman berdasarkan batin dan jiwa manusia. Manusia berjiwa malaikat tidak dapat berkumpul dengan manusia berjiwa setan. Akan tetapi di antara mereka pasti terdapat dinding pemisah. Manusia berkelompok-kelompok dikumpulkan bersama imamnya; sebagian mereka memiliki pemimpin yang menuju ke surga, namun sebagiannya juga  menuju surga.

Kini, di dunia ini pilihan itu disediakan sampai benar-benar jelas siapa memilih apa. Semoga kita mampu memilah memilih sehingga istikamah menapaki jalan yang lurus saja hingga benar-benar sampai pada tujuan hidup hakiki. Aamiin ya Mujib al-sailiin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama