Membaca Wahyu

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 17 Syawal 1443

Membaca Wahyu
Saudaraku, tema muhasabah hari ini masih mengulang kaji tentang nama, karakter atas sifat al-Qur'an, yakni al-Wahyu. 

Istilah wahyu secara spesifik digunakan untuk merujuk pada petunjuk yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui para rasul utusanNya. Jadi yang menerima wahyu adalah para rasul atau nabi. Allah berfirman yang artinya, Katakanlah (hai Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan” (QS. Al-Anbiya’ 45)

Wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw kemudian terhimpun menjadi kitab suci al-Qur’an. Dan al-Wahyu itu sendiri juga menjadi di antara nama dari al-Qur'an. Karena rasul atau nabi sudah tidak diutus lagi sepeninggal Nabi Muhammad saw, maka berarti wahyu tidak turun lagi. Apalagi untuk pedoman hidup sudah memadahi dengan kesempurnaan al-Wahyu, al-Qur'an.

Adapun "wahyu" yang diperuntukkan bagi selain nabi atau rasul digunakan istilah ilham. Oleh karenanya ilham dapat diterima oleh siapa saja yang dikehendaki Allah, baik sewaktu pintu kenabian masih terbuka maupun setelah tertutup.

Dari cakupan kemaslahatannya, wahyu diturunkan Allah dan diterima oleh Nabi Muhammad saw untuk kemaslahatan seluruh umat manusia atau yang diterima oleh para nabi sebelum Nabi saw untuk kemaslahatan kaumnya, sedangkan ilham hanya khusus diperuntukkan bagi yang menerimanya saja.

Ilham yang diturunkan oleh Allah kepada hamba-hambaNya mewujud dalam berbagai pengertian seperti wangsit, inspirasi, ide, gagasan, bisikan hati, ilmu, hikmah, kearifan atau apapun yang dapat dijadikan sebagai khazanah bagian dari karuniaNya yang layak disyukuri bila kemudian membawa dirinya menemukan jati dirinya dan mengenal RabbNya.

Sebagaimana turunnya wahyu kepada para nabi yang memiliki konteks dan kondisi tertentu, maka demikian juga turunnya ilham kebaikan. Di antara hambaNya ada yang menjemput wangsit, inspirasi, ide, gagasan, bisikan ke hati, ilmu, hikmah, kearifan melalui serangkaian tarikat (Arab thariqah, Jawa tirakat). Nah yang tinggi dan banyak tarikatnya, yang sering tirakate, yang istiqamah thariqatnya, niscaya akan bergayung sambut dengan wangsit, inspirasi, ide, gagasan, bisikan ke hati, ilmu, hikmah, kearifannya.

Di antara tirakat yang lazim dilakukan selain ngalap berkah seperti yang dilakukan pada saat-saat yang istijabah doa terutama di sepertiga terakhir malam, juga berusaha memantaskan diri untuk layak menerima wangsit, inspirasi, ide, gagasan, bisikan ke hati, ilmu, hikmah, dan kearifan. Di antara upaya memantaskan diri adalah senantiasa dalam kondisi suci lahir batin dan memiliki air wudhu sepanjang kehidupannya, mendawamkan tilawah Qur'an, shalat termasuk yang sunah-sunah, hanya mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik juga tidak berlebihan, selalu membaca dan belajar ibrahNya. Semoga bisa membaca. Aamiin ya Rabb

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama