Membaca Peringatan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 8 Syawal 1443

Membaca Peringatan
Saudaraku, kalau mau jujur, libur itu lebih banyak yang bersyukur. Maka betapa senangnya bila ada usul masuk kerjanya diulur dan diundur, terserah argumennya dibuat agar terukur. Akan tetapi amanah kehidupan harus tetap berjalan, karena ia menjadi keniscayaan. Inilah roda kehidupan harus dipertanggungjawabkan.

Bila sepekan jelang idul fitri mengalami lonjakan arus mudik, maka wajar bila kini setelah sepekan pasca 1 Syawal juga terjadi penumpukan arus balik. Oleh karenanya peringatan untuk jaga keselamatan di perjalanan harus diperhatikan; tetap patuhi rambu-rambunya, jaga jarak aman, dan semoga selamat sampai tujuan.

Ya hampir setiap orang turut arus balik, kembali ke tempat sedia kala untuk bekerja, belajar, menuntut ilmu, mengajar dan mengemban amanah kehidupannya lainnya.

Bagi - saudara-saudara - kita yang merantau atau bekerja di kota-kota atau di luar daerah kelahiran,  semuanya telah kembali ke kediaman di perantauan masing-masing untuk melanjutkan amanah kehidupannya, setelah hampir dua pekan lebaran di kampung halaman juga liburan di area wisata yang tersedia. Tentu, balik  atau kembali dengan membawa sejuta kenangan yang terajut ulang setelah tak bersama dengan keluarga dan orang-orang tercinta sebelumnya.

Para pendidik dan juga pelajar mulai menyusuri dan memadati jalan-jalan provinsi kembali ke institusi pendidikan tempat mengabdi dan menimba ilmu. Tentu lonjakan penumpang juga terjadi di bandara dan pelabuhan menunggu pesawat atau kapal yang akan mengantarkannya ke tujuan masing-masing. Bagi yang sudah tiba di kediaman atau kos-kosan kemudian mulai menyiapkan segala sesuatunya untuk memulai aktivitasnya di lembaga pendidikan tercinta.

Para petani sudah konsentrasi sejak mula; ada yang sudah harus memanen padinya agar tak rebah di hempas angin atau dimakan hama, ada yang masih harus menunggui padinya saat mulai menguning, tetapi juga sudah ada yang harus segera mengairi, membajak dan mengolah sawahnya pasca panen bulan puasa yang lalu. 

Demikian juga halnya, para nelayan sudah mulai berlayar, para pedagang sudah membuka lapaknya, dan para karyawan, pekerja dan buruh sudah kembali pada rutinitas kesehariannya masing-masing. Semua dalam aktivitas bermakna untuk kehidupannya dan keluarga tercinta.

Ya, inilah perhelatan masal arus balik. Dalam hal ini kita sering dinasihati dan diingatkan untuk tetap waspada dan berhati-hati, baik saat dalam perjalanan maupun saat sudah memulai melakukan amanah kehidupannya.

Dan tentu, di atas segalanya secara lebih substantif kita juga diingatkan agar arus balik tak terjadi pada ranah spiritual. Apalagi kini bulan Ramadhan telah berlalu; tak wajib berpuasa lagi, tak terawih lagi dan suasana ibadah tak sekondusif sebelumnya. Inilah peringatan yang layak diindahkan.

Makanya jauh-jauh hari kita diingatkan oleh Allah. Allah berfirman yang artinya Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. (Qs. Al-Nahlu 92)

Isi peringatannya, jangan sampai kita mencerabuti bentangan kain ketakwaan yang sudah terpintal kuat menjadi bercerai berai lagi. Bentangan kain puasa, bentangan kain shalat berjamaah, bentangan kain shalat malam, bentangan kain tilawah al-Qur'an, bentangan kain kesabaran, bentangan kain kedisiplinan, bentangan kain kebersahajaan, bentangan kain kepedulian pada sesama dan bentangan kain ketakwaan lainnya semoga dapat kita kibarkan meski Ramadhan telah berlalu.

Ya, peringatan itu menjadi sangat signifikan dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini.  Karena inilah di antara isi agama, isi kitab suci, isi al-Qur'an. Bahkan di antara karakteristik dan sifat al-Qur'an adalah peringatan (al-Nadhir). Ia memberi peringatan pada manusia agar waspada dan berhati-hati meniti kehidupan di dunia ini. Ia memberi peringatan pada manusia bahwa setelah hidup di sini masih ada hidup yang lebih abadi. Ia memberi peringatan pada orang-orang beriman agar meraih kebahagiaan sejak di dunia ini hingga disempurnakan kebahagiaannya di akhirat kelak 

Al-Qur'an diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) serta tidak mendengarkan (Qs. Fushilat 1-4)

Inilah al-Qur’an sebagai al-Nadzir yang srlalu memberi peringatan pada manusia. Semoga dengan membacanya secara lebih aktif dan kreatif dapat mengantarkan kita pada maqam mulia dan merasakan kelezatannya. Aamiin ya Mujibassailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama