Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Syawal 1443
Membaca Menjadi Saksi
Saudaraku, dalam kehidupan sehari-hari, kita menyadari pentingnya kesaksian. Apalagi dalam ranah hukum, mencari dan menemukan keadilan.
Dengan bukti, saksi dan kesaksian, maka sebuah pernyataan atau perbuatan menjadi lebih kuat untuk dipertanggungjawabkan. Bahkan dalam iman Islam, diyakini bahwa kelak di pengadilan Allah kesaksian akan datang dari berbagai arah yang tak diduga-duga. Yang berbicara dan memberikan kesaksian justru organ-organ yang saat hidup di dunia tidak untuk berbicara. Konon, mulut atau lisan yang saat di dunia digunakan untuk berbicara justru dikunci atau terkunci.
Allah berfirman yang artinya, Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan (Qs. Yaasin 65)
Maka tangan pada saatnya kelak akan bersaksi tentang kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan saat di dunia. Saat masih hidup di dunia ini, betapa tangan menjadi ringan dalam ketaatan; bekerja mencari nafkah, mengulurkan bantuan kepada sesama, "membelai" kasih atas anak-anak yatim yang diasuhnya, mengelus-elus puas atas anak asuhnya yang hafal Qur'an.
Demikian juga halnya mata. Betapa mata hanya untuk melihat kebaikan, membawanya ke masjid dan ke majlis-majlis ilmu, membaca al-Qur'an, membaca buku dan membaca tanda yang terbentang di altar semesta. Indra penciuman, digunakan dengan amat selektif hanya untuk kebaikan saja, tidak untuk mengendus bau keburukan sesama. Telinga, juga hanya untuk mendengar ayat suci Al-Qur'an, tausiyah dan nasihat kehidupan lainnya. Kaki, hanya untuk bekerja dan melangkah ke tempat-tempat maslahah. Akal pikiran terus digunakan untuk tafakkur, tadabbur dan merenungi al-Qur'an dan semesta.
Bahkan bukan saja organ tubuh yang menjadi saksi kebaikan seorang hamba, tetapi juga pakaian yang dikenakannya, benda-benda yang digunakannya, kendaraan yang dinaikinya, "pedang yang diayunkannya" saat menegakkan Islam, tempat berpijak dan alam sekitar lainnya.
Inilah mengapa saat usai mengambil wudhuk kita membiarkan air menempel di tangan, muka, rambut, kepala, telinga dan kaki tanpa kita buru-buru mengelapnya. Bahkan membiarkan percikannya membasahi bumi, meski tak seberapa.
Kita juga sering melihat orang menunaikan shalat sunah dengan mengambil tempat berbeda dengan saat shalat fardhunya. Saat sepulang dari shalat Eid di tanah lapang juga disunahkan mengambil jalan berbeda dengan saat berangkatnya. Ya semua ini, agar banyak tempat, orang, alam sekitar, benda-benda atau situs menjadi saksi atas ketaatan ke atas Allah jua.
Dan dalam hal ini, Al-Qur'an juga dinamakan sebagai “al-Muhaimin” dikarenakan keberadaan dan isinya menjadi saksi terhadap adanya kitab-kitab samawi terdahulu dan kejadian umat pada masa lampau.
Dasar teologis normatifnya dapat disimak firman Allah sebagaimana tertera dalam surat al-Maidah ayat 48:
Ù…ُصَدِّÙ‚ًا Ù„ِّÙ…َا بَÙŠْÙ†َ ÙŠَدَÙŠْÙ‡ِ Ù…ِÙ†َ الْÙƒِتٰبِ ÙˆَÙ…ُÙ‡َÙŠْÙ…ِÙ†ًا عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ
(Al-Qur'an ) yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya”.
Apalagi kita sebagai umat Islam, dengan mendawamkan membaca al-Qur'an, maka dengan kebersamaannya akan menunjuki hidup kita dan menjadi saksi ketaatan saat di akhirat kelak. Bahkan menjadi syafaat atas kita.
Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha mensyukuri.” (QS. Al-Fathi 29-30)
Dari Abu Umamah Al-Bahili ra, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda “Bacalah oleh kalian al-Qur'an. Karena ia akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR Muslim No. 804].
Semoga kita istikamah dan mampu mendawamkan membacanya. Aamiin ya Mujibassailin
Tags:
Muhasabah Harian