Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Syawal 1443
Membaca Kisah
Saudaraku, kita sebagai bangsa Indonesia setiap tanggal 20 Mei senantiasa diingatkan oleh kisah nyata yang terjadi di masa silam yang kemudian dikenal sebagai hari kebangkitan nasional, bagian dari sejarah nasional Indonesia.
Ya sebagai warga bangsa, kita patut bersyukur ke hadirat Allah ta'ala atas karuniaNya dan berterima kasih kepada para tokoh pendahulu bangsa yang telah menggelorakan era kebangkitan untuk meraih cita-cita bangsa dan negara sebagaimana halnya bangsa dan negara yang bermartabat lainnya di atas dunia ini. Dengan mengusung tema "hayo bangkit bersama" seiring dengan berlalunya pandemi yang sudah mendera dua tahun ini, kini saatnya untuk bangkit bersama membangun negeri. Karena, amanah sejarah negeri ini berada di pundak semua warga bangsa, terutama ya tentu para pemangku negeri dengan kerani-keraninya.
Demikian juga secara personal masing-masing diri. Sejarah diri kita di atas bumi ini, ya sangat bergantung pada diri kita menyikapi dan meresponi hidup sesuai garisan tangan atas kudrah dan iradah Allah ta'ala. Maka tidak berlebihan bila dikatakan bahwa hidup di dunia ini sejatinya tengah membuat sejarah, mengukirnya dengan tinta emas atau selainnya.
Pertanyaan muhasabahnya menjadi penting. Yakni, setelah tidak hidup di atas bumi ini, akankah kisah atau sejarah diri kita diingat atau bahkan dibaca anak cucu kita? Seberapa lama ingatan tenta diri kita bertahan? Seberapa penting pembacaan atas kisah sejarah diri kita dilakukan?
Ya, semua itu atas qadarullah sangat bergantung pada diri kita menyikapi dan meresponi hidup ini. Bila hidup ini kita gunakan untuk mengabdi Ilahi dan memakmurkan bumi (baca membangun negeri, menebar kemaslahatan), maka akan tertulis dengan tinta emas yang terus akan diingat dan dibaca untuk diikuti. Tapi sebaliknya bila hidup ini diisi dengan sikap arogansi dan mengeksploitasi bumi (baca menjarah negeri sendiri, menebar kebencian) maka ya akan diingat bahkan disebut tapi dengan sumpah serapah dan doa agar terlaknat hingga akhirat.
Realitas tentang kisah masa silam juga sangat banyak yang hingga kini masih diingat, dibaca dan diambil ibrahnya. Bahkan al-Quran sendiri di antaranya juga disebut Al-Qashash. Karena di dalamnya diceritakan tentang kisah-kisah umat terdahulu supaya bisa dijadikan pelajaran (ibrah). Sebagaimana dalam Q.S. Yusuf ayat 3:
Ù†َØْÙ†ُ Ù†َÙ‚ُصُّ عَÙ„َÙŠْÙƒَ اَØْسَÙ†َ الْÙ‚َصَصِ
“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik”
Kisah para nabi, para rasul dan orang-orang terpilih juga menghiasi lembaran-lembaran al-Qur'an untuk dijadikan ibrah keteladanan bagi umat manusia. Demikian juga kisah para pendusta agama, penentang nabi dan rasul, dan orang-orang jahat perangainya juga menghiasi lembaran-lembaran al-Qur'an agar dijadikan ibrah agar tidak diikuti perilakunya.
Kisah Nabi Adam, misalnya diceritakan dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 30-38 dan surat al-A'raf ayat 11-25. Disebutkan bahwa Nabi Adam adalah manusia sekaligus nabi pertama di muka bumi. Adam diciptakan dari tanah kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menjadi bentuk yang sempurna, lalu oleh Allah meniupkan ruh kepada ke dirinya.
Allah mengajarkan nama atas segala benda kepada nabi. Setelah mengetahuinya, Allah memanggil semua malaikat dan setan serta menanyakan pada mereka nama-nama benda. Tak satupun yang mengetahuinya. Lalu Allah pun menyuruh Adam untuk menerangkan nama-nama segala sesuatu yang telah diajarkan. Dan Allah menyuruh agar penduduk surga sujud kepada Adam. Maka bersujudlah semua malaikat kecuali iblis yang sombong. Karena kesombongannya, iblis pun menjadi makhluk terlaknat hingga hari akhirat.
Allah mencipta Hawa untuk menjadi pasangan Nabi Adam dan mereka diperkenankan berdiam di dalam surga dan boleh menikmati apa saja kecuali mendekati sebuah pohon kayu (pohon Khuldi). Jika Adam dan Hawa melanggar larangan itu, maka mereka menjadi orang-orang yang dzalim.
Setan terlaknat yang mendendam, berdaya upaya untuk menghasut Adam dan Hawa. Mereka memperdaya keduanya dengan kata-kata "Allah melarang kalian makan buah ini adalah supaya kau tidak dapat seperti malaikat dan agar kau tidak kekal tinggal di dalam surga". Untuk mengukuhkan tipu dayanya, setan bersumpah atas nama Allah. Akhirnya tergelincirlah Adam dan Hawa. Mereka terbujuk oleh tipu daya setan sehingga memetik dan memakan buah larangan.
Setelah menyadari kesalahannya, Adam dan Hawa pun menyesal memohon ampunan. Sesuai dengan rencana Allah untuk menjadikan Adam sebagai khalifah di muka bumi, maka keduanya pun diturunkan ke bumi dengan berlainan tempat yang jaraknya sangat jauh. Mereka pun saling mencari, sehingga akhirnya bertemu setelah lama sekali berpisah, yaitu di padang Arafah. Di dunia mengayuh bahtera keluarga dengan segala tantangannya.
Selama hidupnya, Hawa melahirkan dua puluh satu kali. Setiap kali melahirkan selalu kembar, terdiri dari seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan. Kecuali yang terakhir yang kemudian menjadi Nabi, Syits namanya. Hal yang terjadi di antara anak Nabi Adam a.s. yang bernama Iqlima, yang mana Iqlima merupakan seorang wanita yang tercantik dari pada Labuda. Iqlima lahir kembar dengan Qabil, dan Labuda lahir kembar dengan Habil. Qabil tetap ingin menikahi saudaranya yaitu Iqlima, akan tetapi ayahnya Nabi Adam a.s. menolak keputusan Qabil tersebut. Karena Iqlima harus dikawinkan dengan Habil.
Munculah nafsu untuk membunuh pada diri Qabil, yaitu untuk membunuh Habil. Setelah Qabil membunuh Habil maka Qabil pun merasa bingung dan bagaimana cara menyelengarakan mayat saudaranya itu. Di kala ia kebingungan maka Allah memperlihatkan kepadanya dua ekor burung gagak berkelahi dan seekor di antaranya mati, maka yang masih hidup menggali tanah lalu bangkai kawannya itu dikuburkan ke dalam lubang yang kemudian ditimbuninya. Melihat perbuatan burung itu, Qabil dapat menguburkan mayat saudaranya. Itu menjadikan Habil adalah manusia yang petama kali meninggal di muka bumi ini.
Pada akhir hayatnya Nabi Adam meninggal pada usia kurang lebih seribu tahun.
Kisah Abu Lahab (baca al-Qur'an surat Al-Lahab). Abu Lahab adalah salah satu dari empat orang paman Nabi Muhammad saw. Ia dikenal dengan kisah kematiannya yang mengenaskan. Semasa hidupnya, Abu Lahab kerap menentang ajaran Islam dan membenci Rasulullah. Bergelar Abdul uzza bin Abdul Muthalib, ia merupakan seorang terhormat di Makkah, memiliki paras rupawan, kedudukan, harta berlimpah dan pandai bergaul. Kendati demikian, kekayaan dan kemashyurannya tidak ada arti baginya. Sebab, ia tidak mengikuti Nabi, tidak Islam, bahkan menentang dan mencelakai Nabi. Oleh karena itu, Allah mengekalkan nama Abu Lahab, yang artinya api. Bahkan kejahatannya juga disokong oleh istrinya, Ummu Jamil Aura' yang juga membenci Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika, ia pernah meletakkan duri dan kayu di jalan yang sering dilalui Rasulullah untuk mencelakainya. Karena perangai yang jahat juga kejam, sosok Ummu Jamil diabadikan Allah sebagai perempuan pembawa kayu bakar di Surah Al-Masad.
Abu Lahab dan istrinya juga menyuruh dua orang anaknya yang sudah menikah dengan puteri Rasulullah untuk menceraikan istri-istri mereka. Salah satu dari mereka, Utaibah, menceraikan anak beliau, Ummu Kultsum. Ia juga membentak dan meludahi wajah Nabi. Setelah itu, Utaibah mendapatkan ganjaran dari perbuatannya. Ketika sampai di daerah al-Ghadirah, ia diterkam oleh singa. Tubuhnya juga dicabik-cabik hingga akhirnya Utaibah mati.
Kematian Abu Lahab terjadi tujuh hari setelah Perang Badar. Dia mengidap penyakit kulit berupa bisul di seluruh tubuhnya. Ditambah, orang-orang pun enggan mengurus jasadnya. Setelah tiga hari terlantar, jasad Abu Lahab akhirnya dikuburkan dengan cara yang tidak lazim. Tubuhnya didorong dengan kayu panjang hingga masuk ke dalam lubang. Kemudian, jasadnya dilempari dengan batu kerikil hingga tertimbun.
Semoga kita cerdas membaca kisah nyata di atas, sehingga lebih bijak menyikapi hidup ini. Aamiin ya Mujibassailin
Tags:
Muhasabah Harian