Membaca Al-'Urwah al-Wusqa

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 2 Syawal 1443

Membaca Al-'Urwah Al-Wusqa
Saudaraku, di antara substansi merayakan Hari Raya Idul Fitri adalah mesyukuri silaturahim dan silaturahmi. Jadi beridul fitri, ya silaturahim/silaturahmi. Kita mensyukurinya dengan merawat agar tali ikatannya senantiasa kuat dan lestari. Mengapa? 

Karena, dalam iman Islam, silaturahim dan silaturahmi merupakan tuntutan kemanusiaan, tuntunan kemuliaan dan tatanan peradaban yang sarat nilai edukatif. Di samping mempererat persaudaraan, melapangkan rezeki, memanjangkan umur, silaturahim dan silaturahmi juga menjadi instrumen untuk menormalisasi relasi yang sudah terjalin. Nah inilah yang menjadi tema muhasabah kali ini. 

Keharmonisan dalam keluarga baik secara internal maupun antar keluarga eksternal lainnya menjadi di antara sarana untuk meraih bahagia, keluarga yang sakinah ma waddah warahmah dan masyarakat yang membahagia sejahtera. Keharmonisan hubungan antar orang dalam ragam kepentingan terjadi di antaranya karena adanya kesamaan, senasib sepenanggungan, kesamaan kepentingan, juga ide, gerakan, dan tujuannya. Oleh karenanya jalinan, jaringan dan kebersamaan antar pihak menjadi sangat signifikan.

Akan tetapi dalam praktiknya, sering tidak mudah mempertahankan kelestariannya, bahkan acapkali terdapat gesekan juga gosokan yang pada akhirnya menyebabkan keretakan hubungan, sehingga relasi dan komunikasi mulai longgar atau bahkan terputus jadinya.

Nah silaturahim dan silahturahmi, di antaranya menjadi instrumen sangat penting untuk merehabilitasi relasi, sehingga harnonis kembali, bahkan menjadi kuat berkah memberkahi. Mungkin dalam kondisi normal selama ini, ada yang merasa begitu berat untuk menyambung silaturahim kembali, tetapi momen berhari raya idul fitri seperti sekarang ini dapat dimanfaatkan untuk membuka komunikasi dan relasi  Bila komunikasi sudah terbuka, maka tinggal meneruskan jalinan silaturahimnya dengan lebih intensif. 

Apalagi, selain hubungan darah dan daerah, kita juga dipersatukan dalam tali agama. Allah berfirman yang artinya Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada al-'Urwah al-Wusqa, tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.(Qs. Al-Baqarah 256)

Berpegang teguh pada tali Allah dengan cara mengintesifkan relasi dan interaksi diri dengan kalam Ilahi, Al-Qur'an. Karena salah satu dari sifat dan karakteristiknya adalah sebagai Al-'Urwah Al-Wusqa. Oleh karenanya "membacanya" sama dengan mensyukuri turunnya ikatan yang kuat yang menghubungkan satu sama lain dalam kebenaran dan ketaatan pada Allah ta'ala. Aamiin ya Mujibassailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama