Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 10 Syawal 1443
Membaca al-Kitab
Saudaraku, bila setiap hari yang telah kita lalui itu bagaikan lembaran-lembaran yang sarat makna, maka suatu saat ketika terkodifikasi akan menjelma menjadi sebuah buku. Ya, buku kehidupan diri kita; spesifik dan satu-satunya.
Pada saatnya di sana akan ada kulit atau cover dan sampul menutupi tebal tipisnya sebuah buku. Di dalamnya terdapat bagian depan, isi dan bagian akhir buku. Pada bagian depan akan jelas deskripsi terbitan tahun, penerbit dan tempat terbitnya, kata pengantar dan daftar isinya. Pada bagian isi memuat substansi diri yang dimulai bab pertama halaman pertama dan seterusnya sampai suatu saat nanti bab terakhir dan halaman terakhir berupa penutup buku kita. Di bagian akhir dimuat daftar, sumber rujukan, lampiran dan ditutupi oleh sampul sekaligus lapiknya.
Itulah buku kehidupan masing-masing diri kita. Sampul kulit atau covernya adalah segala yang melekat menjadi penanda khas atau karakteristik lahiriyah diri kita. Asesoris eksoterik ini mengkodisikan dengan sangat mudah sehingga dapat dikenali oleh sesama Termasuk dalam ranah ini adalah gaya saat duduk, berdiri dan berjalan, postur tubuh dan aroma wewangian yang dikenakan. Semua ini menjadi penanda yang khas, mengkarakter dan mencirikan seseorang yang sekaligus membedakan dengan lainnya.
Kesan pertama terhadap sampul, cover dan judul sebuah buku lazimnya menjadi daya pikat pertama, untuk kemudian terserah pembaca. Maka betapa pentingnya desain sampul, cover dan judul yang marketable, sehingga dapat mendulang maslahat dan mengundang menjadi best seller. Di ranah asesoris eksoterik inilah pentingnya penampilan lahiriyah yang menawan, sehat, kuat, segar bugar, serasi seimbang, dan terampil.
Pada bagian transkripsi keluaran tahunnya, masing-masing diri kita juga jelas kapan dilahirkan ke dunia ini, siapa orangtua kita, dan terbitan ke berapa kita dihadirkan bersama untuk kebahagiaan keluarga.
Seperti halnya pengantar dan daftar isi sebuah buku kehidupan yang memuat tentang lingkungan baik alamiyah maupun sosial kekeluargaan, kemasyarakatan dan kebangsaan. Semua ini akan sangat berpengaruh, bahkan akan menjadi tonggak-tonggak kerangka substansi buku secara keseluruhan nantinya.
Lembaran demi lembaran, bab demi bab buku kehidupan diri kita menjadi saling terjalin berkelindan, dengan penekanan pada bab pendahuluan sebuah buku kehidupan, karena ia menjadi dasar yang sangat menentukan isi bab-bab selanjutnya.
Kini kita semua, termasuk tuan puan yang tengah membaca muhasabah ini sedang berada di awal bab buku kehidupan atau di tengah-tengah atau di sesi jelang bab penutup hanya Allah yang Maha Mengetahui. Dan suatu saat nanti, sebuah buku kehidupan kita pasti akan sampai pada bab terakhir, bab penutup, daftar pustaka, lampiran di halaman pungkasan dan ditutuplah dengan sampul, cover belakang serta tamat.
Seperti yang sudah diingatkan sebelumnya bahwa buku kehidupan kita itu unik. Uniknya ia bisa diakses oleh sesama bukan saja setelah lengkap menjadi sebuah buku, tetapi dapat dinikmati selagi masih dalam proses penulisannya.
Apakah para peminat hanya akan terpana pada sampul, cover dan judulnya? Apakah masih akan terus tertarik untuk membaca kata pengantar dan daftar isinya, atau bahkan selalu mengikuti penulisan kata demi kata, kalimat demi kalimat, alenia demi alenia, lembaran demi lembaran dan bab demi bab berikutnya? Semua itu sangat bergantung pada diri kita yang menulisi dan mewarnainya
Atau yang terjadi sebaliknya. Tidak ada peminat terhadap buku kehidupan kita sedikitpun. Alih-alih dibaca, dilihatnyapun enggan apalagi untuk dimiliki. Kalaupun sempat membacanya, maka respon yang ada adalah geleng-geleng kepala, bukan karena takjub atau kagum tetapi karena kekecewaannya. Oleh karenanya menjadi penulis buku yang baik dan berkualitas merupakan keniscayaan. Penulis yang baik hanya akan menghiasi dan menulisi buku kehidupannya dengan memedomani kaidah yang ada, dengan tetap memperhatikan artistik cover kulitnya, jelas, etis dan santun bahasanya, sarat makna isi substansinya dan tawadhuk ketika laku di pasaran atau diakses oleh sesama di sosio kulturalnya.
Proses menulisi buku kehidupan dapat dilakukan dengan memedomani Al-Qur'an sebagai buku suci atau kitab suci umat Islam. Apatah lagi di antara nama dan karakter al-Qur'an adalah al-Kitab (bedakan dengan Alkitab yang bermakna Injil).
Allah berfirman yang artinya, inilah al-Kitab (al-Qur'an) yang tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 2). Jadi pembacaan kreatif atas al-Kitab/al-Qur'an dimulai dari membacanya, mempelajari isi kandungannya, mengamalkan pesan moralnya dan mengajarkannya pada ansk, cucu dan sesama. Dengan "membaca" seperti ini dapat mengantarkan diri menuju dan bersatu dengan (ridha) Ilahi. Aamiin ya Mujibassailin
Tags:
Muhasabah Harian