Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Puncak Purnama, 15 Syawal 1443
Membaca Al-Balagh, Sesempuna Penjelasan
Saudaraku, seperti sejak semalan bulan purnama hadir menyampaikan kesempurnaan cahayanya ke bumi. Ya saat puncak purnama itu, rembulannya tampak sesempurna wujud penciptaan yang Allah tetapkan baginya sebagaimana sunatullahNya. Betapa putih seputih-putihnya dan bundar sebundar-bundarnya, rembulan menerangi malam seterang kekuatannya, seindah diciptakanNya.
Karena tampilan dan keindahannya begitu sempurna, maka membawa suasana yang berbeda dengan sebelum atau sesudahnya. Kita selaku hamba merasakan semua ini bagian dari karunia Allah ta'ala. Betapa tidak! Hampir semua bisa mensyukurinya dengan ragam perasaan dan aktivitas yang berbeda-beda.
Bagi tuan puan yang tinggal di perkotaan yang gebyar dan hingar bingar lampu merkuri yang hampir ada di setiap sudut jalan, barangkali tidak begitu merasakan terangnya purnama, tetapi bagi tuan puan yang tinggal di desa-desa akan terasa indahnya malam hari diterpa sinar lembayungnya pernama.
Sebagaimana lazimnya anak-anak begitu riang sepulang mengaji dari balai-balai seumebeut atau rangkang desa terdekat, kini mereka menikmati purnama usai mengaji dan belajar di rumah masing-masing. Dengan diawasi orang tua, mereka bersuka ria sembari bermain petak umpet atau main sepeda di halaman.
Bila secara lahiriah, kehadiran purnama begitu mempesona, maka sejatinya secara substantif, purnama juga mengajarkan banyak hal. Di antara yang paling penting adalah, mengajarkan proses atau siklus kehidupan, menerangi bumi saat gulita sekalipun, dan akhirnya kembali ke peraduannya.
Pertama, purnama itu sebuah pase yang sambung menyambung dengan sebelum dan setelahnya. Sesempurna bentuk dan keadaannya merupakan pragmen atau capaian dari proses tertentu berawal bulan sabit di tanggal 1 dan nantinya setelah purnama juga terus surut surut mengecil sampai bulan sabit kembali di tanggal 29 atau 30 dan akhirnya kembali ke peraduannya.
Barangkali semua kita, meski tidak menyadari sepenuhnya, juga melalui fase-fase dimaksud, lahir kecil, balita, remaja, dewasa sebagai puncak kematangan, lalu menua dan meninggal dunia jembali ke haribaanNya. Pragmen dari masa-masa itu terjadi sesuai dengan dinamikanya. Cepat sekali rasanya masa demi masa ini berlalu. Masing-masing diri tentu berdoa dan berusaha melalui masa demi masa untuk terus berbenah di masa kini, dan terus meningkatkan kualitas iman-ilmu-amal untuk eksis menyongsong masa depan.
Begitu juga halnya, purnama juga mengajarkan bahwa masa itu ada orangnya dan seseorang itu ada masanya. Di samping itu tentu purnama juga mengajarkan bahwa masa itu ada sesuatunya dan sesuatu itu ada masanya.
Kedua, purnama juga mengajarkan bagaimana kehadiran dirinya dapat menyinari seluruh makhluk dan planet di jagat raya ini, terutama yang ada di bumi. Dalam hal ini, kita mengingat tuntunan Nabi Muhammad saw bahwa orang baik itu adalah orang-orang yang kehadirannya dapat memberi manfaat kepada sesamanya. Semoga kita cerdas memaknainya.
Ketiga, kembali ke haribaanNya. Setelah kehadirannya menyinari seluruh planet di jagat raya ini, maka di ujung siklusnya, rembulanpun kembali ke peraduannya sesuai sunatullah atasnya. Demikian juga manusia. Sungguh semua bermula dan berasal dari Allah dan akhirnya kepadaNya jua kita kembali.
Begitulah ibrah sesempurna bulan purnama. Bukankah penyampaiannya begitu gamblang, segamblang Al-Qur'an menerangi hati hamba-hambaNya. Apalagi di antara karakteristik al-Qur'an adalah al-Balagh, penyampaian atau penjelasan yang sempurna.
Allah berfirman
Ù‡َٰØ°َا بَÙ„َاغٌ Ù„ِلنَّاسِ ÙˆَÙ„ِÙŠُÙ†ْØ°َرُوا بِÙ‡ِ
Dan ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia dan supaya mereka diberi peringatan dengannya agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran.”(QS. Ibrahim: 52)
Para mufassir di antaranya menerangkan bahwa Al-Qur'an (adalah penjelasan yang cukup bagi manusia) artinya diturunkan untuk disampaikan kepada mereka (dan supaya mereka diberi peringatan dengannya dan supaya mereka mengetahui) apa-apa yang terkandung di dalamnya.
Semoga Allah menganugrahi pemahaman sempurna kepada kita atas agamaNya sehingga dengannya dapat menerangi diri, keluarga dan sesamanya. Di sanping itu, semoga kita dianugrahi kemampuan memperindah wajah dan tampilan lahiriah dengan memperindah dan memperbagus hati dan bathiniah kita agar lebih purnama. Semakin baik dan indah hatinya, akan semakin bagus dan indah wajah dan tampilan lahiriahnya seperti saat purnama. Seiring dengan itu, kita dituntun untuk menghindari segala perilaku yang akan mengakibatkan bopeng hati dan wajah kita. Bila hati dan wajah dalam kondisi baik berseri dapat dipertahankan selama hidup di dunia ini, maka suatu saat kelak ketika datang hari kiamat, akan dibangkit dengan wajah berseri-seri bercahaya sesempurna cahaya bulan purnama, sehingga menjadi penanda yang jelas akan jati diri kita. Aamiin ya Mujibassailin
Tags:
Muhasabah Harian