Membaca Agar Cerdas

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah di Hari Putih Pertama 13 Syawal 1443

Membaca Agar Cerdas
Saudaraku, dengan kemahamurahanNya, Allah membekali setiap kita dengan seperangkat alat, yang dengan alat itu ketika disyukuri dengan diberdayakan secara benar dan maksimal, maka bisa memperoleh ilmu dan hikmah. Alat dimaksud adalah indera, akal dan hati. Allah berfirman yang artinya Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (Qs. Al-Nahlu 78).

Dengan indera berupa mata, kita bisa melihat benda-benda di alam semesta yang dengannya kita bisa menikmati panorama dan keindahan alam, dan berbagai peristiwa yang terjadi. Dengan mata kita membaca secara formal apapun obyeknya. Dengan mata kita mengenali bisa manusia dengan ragam perbedaannya.

Dengan indera penciuman, kita bisa merasakan nikmatnya semerbak aroma makanan yang lezat menggiurkan, aroma wewangian yang dikenakan oleh sesama jamaah di masjid, juga aroma wewangian bunga yang sedang mekar di taman. 

Dengan indera pendengaran telinga, kita bisa menikmati suara adzan atau lantunan ayat-ayat suci al-Qur'an yang menentramkan, atau menikmati syair lagu yang mendayu merdu nan syahdu menghibur kalbu. Dengan pendengaran telinga, kita bisa menangkap suara atau bahkan langkah kaki keluarga kita yang bangun dan beraktivitas beribadah di sepertiga setiap malamnya.

Dengan indera pengecap kita bisa mencicipi sayur atau masakan yang akan dihidangkan, bisa merasai minuman segar yang akan dihidangkan untuk keluarga atau tamu yang diundang. Dengan indera pengecap, kitapun segera mengetahui rasa madu atau obat-obatan lainnya.

Dengan indera peraba kita bisa mengusap raut wajah saat dandan atau membelai anak-anak kita agar bersemangat beribadah. Dengan indera peraba atau kulit, kita bisa membedakan permukaan suatu benda itu halus atau kasar.

Intinya dengan panca indera karunia Allah Rabbuna, kita memperoleh pengetahun yang amat banyak dan tak terbatas. Meski kebenarannya sangat relatif karena baru bersifat inderawi, akan tetapi layak disyukuri. Karena inilah capaian yang paling dasar yang bisa diperoleh oleh manusia dan ia mendasari capaian-capaian berikutnya.

Dengan piranti akal kita bisa berpikir memikirkan segala ciptaan Allah di semesta alam ini. Mengapa bumi bulat meski nampaknya datar ke manapun mata memandang? Mengapa langit yang menaungi semesta tak runtuh, padahal tak tampak tiang-tiang penyangganya? Bagaimana awan bergulung-gulung membawa air dan jatuh di tempat-tempat terpilih, mengairi mengaliri dan menyuburkan tanah menumbuhkan tanaman? Bagaimana air laut tampak biru dari kejauhan? Bagaimana menjelaskan fatamorgana di kejauhan mata melihat? Bagaimana biji cabe, tomat, kedelai, padi, jagung saat disemai bisa tumbuh menjadi bibit, lalu membesar memiliki daun, bahkan sampai berbuah? Bagaimana manusia bisa menemukan Allah, Rabbnya?

Dengan piranti akal karunia Ilahi, kita memperoleh ilmu pengetahun yang banyak dan terus berkembang. Kebenarannya bersifat rasional, karena capaiannya dengan memberdayakan rasio atau akal pikiran.

Dengan peranti hati kita dianugrahi iman. Dengan iman, kita menjadi lebih aman dalam menjalani hidup. Dengan hati dan akal budi, kita mengimani keberadaan Allah dan apapun titahNya. Maka kita pun kemudian mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan larangaNya. Dengan iman, kita meyakini bahwa setelah tidak hidup di dunia ini, kita akan hidup abadi di akhirat. Karena hidup di akhirat itu abadi, maka saat hidup di dunia ini kita mesti dalam ketaatan pada Allah, sehingga nantinya dalam keabadian di surgaNya kelak.

Dengan iman kita meyakini adanya nikmat kubur bagi yang saat hidupnya di dunia bersyukur, siksa kubur bagi yang saat hidupnya di dunia kufur. Dengan iman kita juga meyakini adanya padang nakhsyar, pengadikan Allah, shirathal mustaqim, mizan, surga dan neraka. Dengan iman kita juga meyakini bahwa Allah selalu nembersamai hambaNya.

Inilah ilmu pengetahuan dan hikmah yang disediakan oleh Allah bagi hamba-hambaNya. Dengan penguasaan ilmu dan hikmah, maka manusia menjadi cerdas. Cerdas inderanya, cerdas akal pikirannya dan cerdas hatinya. Kecerdasan inilah yang akan mengantarkan pada kedekatan diri dengan Ilahi. Inilah bedanya antara kecerdasan dan kejahiliyahan.

Allah berfirman yang artinya, Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu — kalau begitu — termasuk golongan orang-orang yang zalim.(QS. Al-Baqarah145)

Jadi orang-orang yang dianugrahi ilmu dan hikmah (al-Qur'an) adalah orang-orang yang teguh pendirian, istikamah dalam ketaatan dan tidak terpengaruh oleh ajakan untuk berpaling dari Allah ta'ala. Semoga. Aamiin ya Mujibassailin


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama