Membaca "Tanda"


Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 4 Ramadhan 1443

Membaca "Tanda"
Saudaraku dengan spirit iqra' yang diseru oleh Allah dalam firmanNya "Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha lMulia, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Qs. Al-Alaq 1-5), manusia benar-benar dapat berperan sebagai hambaNya Allah ('abdullah) dan mamager on earth (khalifatullah). Mengapa sedemikian signifikan titah iqra'? Hal ini telah diingatkan dalam muhasabah sebelumnya. Lalu apa yang dibaca, hal itu berasal dari mana sumbernya, apa saja jenisnya, bagaimana cara membacanya, dengan apa pirantinya untuk membaca dan untuk apa keperluannya ternyata melahirkan epistemologi ilmu yang amat dahsyat.

Lima ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw saja sudah mendobrak kejumudan dan kejahiliyahan manusia, membuka jalan dan mengantarkannya pada peradaban Islam yang gemilang, dan mengangkat derajat manusia menjadi bermartabat dan terhormat, tentu juga selamat dunia akhirat. Inilah berkat membaca "tanda" (baca ayat-ayat) keagungan Allah, Sang Pencipta.

Setidaknya, kemudian mesti direnungkan beberapa hal. Di antaranya, pertama, konsep ilmu. Ilmu dipahami sebagai pengetahuan disertai dengan pemahaman-memadahi tentang sesuatu yang dengannya dapat mengantarkan dirinya kepada sumber utamanya yakni Allah ta'ala. Inilah mengapa bila semakin banyak dan luas ilmu yang dimiliki oleh seorang hamba, maka menjadi semakin dekat dengan Allah Rabbuna. Sebaliknya semakin jauhnya diri dengan Allah hanya menjustifikasi kekerdilan ilmu yang dimilikinya.

Kedua, sumber ilmu.  Ilmu bersumber dari Allah, zat yang maha mengetahui. Tentu semua kita orang Islam meyakini akan hal ini. Kita juga yakin bahwa selain Allah adalah makhluk ciptaanNya. Artinya Allah adalah causa prima atas segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karenanya segalanya berasal dan bersumber dari Allah. 

Ketiga, klasifikasi dan lahirnya ilmu. Allah menurunkan wahyu yang bersifat qauliah dan menciptakan alam (kosmos) bersifat kauniah yang dibentangkan di altar semesta  Dari kedua ini manusia memperoleh ilmu. Pembacaan kreatif dan lillah ta'ala atas ayat qauliyah sebagaimana tersurat di dalam al-Qur'an hadits melahirkan ilmu naqliyah. Dan Pembacaan kreatif dan lillah ta'ala atas ayat kauniah yang  terbentang di alam raya melahirkan ilmu aqliyah. Inilah dua sumber ilmu sebagai turunan dari sumber utama yakni Allah. Pembacaan dan penguasaan terhadap kedua-duanya  semestinya mengantarkan manusia pada pengabdian pada Allah dan peradaban yang sangat gemilang. 

Pembacaan kreatif dan lillahi ta'ala atas ayat qauliah melahirkan ragam ilmu tentang al-Qur'an hadits dan segala disiplin ilmu turunannya seperti ulumul qur'an, tafsir al-qur'an, ma'anil qur'an, qiraah al-qur'an, ulumul hadits, fiqh ibadah, ushul fiqh, tarikh, akhlaq tasawuf dan seterusnya. Dan pembacaan kreatif dan lillahi ta'ala atas ayat kauniah, terutama yang dibentangkan pada diri manusia saja dapat melahirkan ragam spesialisasi ilmu, seperti dokter atau spesialis mata, THT, kulit, jantung, penyakit dalam, syaraf, paru-paru, kandungan dll. 

Adapun pembacaan dari segi berfikir yang dilakukan oleh manusia lahir ilmu filsafat/ilmu hikmah yang konon ilmu hikmah ini sebagai induk semangnya segala ilmu lyang ada. 

Pembacaan atas sikap dan perilaku kejiwaan manusia lahir disiplin ilmu jiwa/psikologi, dari cipta rasa dan karsanya lahir ilmu budaya/antropologi, dilihat dari interaksi dengan sesamanya lahir ilmu sosial/sosiologi, dari catatan masa lalunya lahir ilmu sejarah/tarikh, dari setting sosialnya lahir historiografi, dari cara memengaruhi sesamanya atau memenuhi ambisinya lahir ilmu politik, dari cara berbangsa dan bernegara lahir ilmu ketatanegaraan, dari cara memelihara nilai-nilai yang dipeluknya lahir ilmu pendidikan, dari cara merawat dirinya lahir ilmu kesehatan atau keperawatan, dari cara mengadili perilaku sesamanya lahir ilmu hukum, dari cara mengajak ke jalan yang benar lahir ilmu dakwah dan komunikasi, dari cara memenuhi kebutuhannya lahir ilmu ekonomi, dari cara membangun rumah atau lainnya lahir ilmu teknik, dari cara menghitung lahir matematika, dari cara mempertahankan diri dari serangan musuk lahir ilmu bela diri, dari cara menyusun tutur katanya lahir ilmu bahasa, dari cara memasak dan merias diri lahir tata boga, dari segi memperindah suara dan dunianya lahir ilmu kesenian, dari segi beda kelamin dan pemenuhannya timbul seksiologi, dari cara mengelabui pandangan mata sesamanya lahir ilmu sulap/ilmi sihir, dari segi kejahatan perilakunya lahir kriminologi. Dan seterusnya dan setetusnya.

Adapun pembacaan kreatif atas ayat kauniah yang dibentangkan di alam besar ini juga melahurkan banyak selali disiplin ilmu. Sekedar mengingatkan kita, membaca cuaca lahir ilmu iklim atau klimatologi, mencermati bumi lahir ilmu geografi, membaca gempa bumi lahir ilmu tentang gempa, memperhatikan makhluk hidup lahir ilmu biologi, mengkaji perbintangan dan tata surya lahir ilmu falak, membaca gunung lahir ilmu geologi?, membaca seluk beluk binatang lahir kedokteran hewan, mencermati pertambangan lahir ilmu pertambangan, perhutanan, pertanian, kelautan dan seterusnya dan seterusnya. 

Kini, semua disiplin ilmu tersebut telah menjelma menjadi prodi atau fakultas atau universitas yang sangat diminati oleh para pelajar.

Keempat, piranti yang digunakan oleh manusia untuk memperoleh ilmu juga sudah disiapkan oleh Allah sejak kelahirannya, yakni panca indera, akal dan hati. Allah berfirnan yang artinya Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Allah telah menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati, moga-moga kamu mensyukurinya. (Qs. Al-Nahlu 78). Maha benar Allah dengan segala firmanNya.

Ibadah Ramadhan di antaranya menjadi di antara instrumen ilahiyah yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mengasah kepekaan piranti yang sudah Allah anugrahkan kepada kita. Dengan shiyamu ramadhan dan qiyamu ramadhan seraya mengoptimalkan iqra' semoga kita lebih dekat dengan Allah Rabbuna,mampu mengelola bumi dengan temuan-temuan baru, teori baru dan perkembangan ilmu pengetahuan di bawah naungan keridhaanNya. Aamiin 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama