Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Ramadhan 1443
Membaca Pelita
Saudaraku, terang dan gelap sebagaimana siang dan malam merupakan dua realitas yang niscaya karena sunatullahNya, tetapi dinamikanya justru menorehkan ibrah sebagai di antara tanda kebesaran Allah, sang pencipta.
Saat mentari tak lagi menyinari suatu belahan bumi ini, maka cahayapun sirna, kita menyebutnya malam hari, suasana berangsur gelap bahkan gulita. Bersyukurnya, Allah sangat sayang pada manusia, sehingga di antaranya mengaruniai talenta untuk mencipta alat atau pelita yang dapat bercahaya, seperti obor, ceruk, lampu, listrik dan sejenisnya. Maka agar kegelapan tak begitu terasa, kitapun mempersiapkan alat-alat ini dan menghidupkannya. Apalagi aktivitas bermakna ada yang harus ditunaikan saat malam tiba, bahkan ketika malamnya sudah larut sekalipun. Untuk itu, sesaat lampu padam, malam tanpa cahaya, kitapun segera menyalakan lilin atau pelita sejenisnya. Agaknya manusia, memang cenderung menyukai cahaya sehingga suasana terang benderang dan cenderung menghindari kegelapan.
Kecenderungan ini tidak hanya sebatas pada tataran praktis yang bersifat lahiriah saja, tetapi juga pada hal-hal yang lebih substantifnya. Secara substantif cahaya adalah kebenaran; bahkan cahaya adalah Sang Maha Benar itu sendiri. Di samping, tentu cahaya adalah hidayah; cahaya adalah al-Nur; dan cahaya adalah Al-Qur'an. Ya Al-Qur'an itu pelita; pelita hati, pelita kehidupan.
Allah berfirman yang artinya, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada al-Nur, Cahaya (al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Qs. Al-Taghabun 8) Dan, Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu Nuran Mubinan, cahaya yang terang benderang (al-Qur’an). (Qs. Al-Nisa’ 174)
Dalam normativitas yang artinya tertera di atas, al-Nur merujuk pada al-Qur’an. Jadi Al-Qur'an itu Pelita yang menerangi, Al-Qur'an itu Cahaya yang menyinari. Bahkan disebut sebagai Nuran Mubinan, yakni al-Qur’an merupakan cahaya yang benar-benar terang benderang menerangi kehidupan manusia, menerangi hati orang-orang beriman, mencerahkan akal pikiran orang-orang yang mengimaninya, menerangi kepada jalan kebahagiaan, baik hidup di dunia maupun di akhirat.
Orang-orang yang beriman terhadap al-Qur’an akan beroleh keberuntungan, sebagaimana Allah berfirman yang artinya Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.(Qs. Al-A’raf 157)
Di ayat lain, Allah juga berfirman yang artinya, Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Qs. Al-Syura 52)
Allah berfirman yang artinya, Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Qs. Al-Maidah 15-16)
Inilah al-Qur’an, Nuran Mubinan Cahaya Yang Sangat Terang Menerangi kehidupan manusia sehingga dapat menghantarkannya kepada gamblangnya suasana, jelasnya jalan yang mesti ditempuh untuk dapat meraih tujuan hidup yakni kebahagiaan sejati di sini dan di akhirat nanti.
Betapa terang benderangnya cahaya menerangi hati manusia sehingga memudahkan meraih bahagia; Betapa terang benderangnya cahaya menyinari alam pikiran hamba-hambaNya sehingga dapat berpikir dan menemukan Allah Rabbuna
Untuk itu, tentu tidak memadahi bila kita hanya mengimani di hati, tetapi harus mendawamkan membacanya, berusaha mempelajari kandungannya, memahaminya, mengamalkan titahnya, mengajarkannya pada anak cucu dan sesamanya, agar menjadi hidup menjadi lebih cerah, lebih bahagia di bawah lindungan Allah ta'ala. Aamiin ya Mujibassailin
Tags:
Muhasabah Harian