Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 12 Ramadhan 1443
Membaca Masa Lalu
Saudaraku, dalam menjalani hidup di dunia kita mengenal tiga ektase waktu, yakni masa lalu, masa kini dan masa depan. Atas takdir Ilahi, lazimnya kita memiliki masa lalu dan yang tahu kesejatiannya ya hanya Allah dan diri kita sendiri yang menjalani.
Pengamalan dan pengalaman berupa kesalihan-kejayaan atau kesalahan-keterpurukan baik internal diri kita sendiri maupun orang lain tentu merupakan ibrah yang amat berharga. Mengapa masa lalu ini penting dijadikan ibrah atau pelajaran? Ya, tentu, agar kita lebih bijak menjalani hidup di masa kini dan mampu menyongsong untuk lebih eksis di masa depan nanti.
Tentu masing-masing kita memiliki kenangan masa lalu, tetapi peluang hari ini harus dimanfaatkan secara positif, sehingga tantangan jaman masa depan tetap dalam jangkauan kemaslahatan.
Ibadah puasa dan Ramadhan merupakan instrumen ilahiah yang menawarkan kesempatan kontributif dalam mensikapi ketiga ektase waktu, yakni masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang itu. Nah bagaimana puasa dan ibadah Ramadhan dapat menjangkau masa lalu? Hal ini dengan gamblang ditegaskan oleh Nabi.
Adalah riwayat dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (Hr. al-Bukhari dan Muslim)
Dalam lafald yang sedikit berbeda yakni betapa pentingnya pemberdayaan malam Ramadhan dengan ibadah, Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan malam bulan suci Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu.” (HR. Al-Bukhari).
Kalau masa lalu dipenuhi dengan iman, amal shalih, kejayaan dan pahala, maka betapa bahagianya hidup ini. Tetapi, bagaimana bila sebaliknya, justru dipenuhi dengan keterpurukan, kesalahan dan dosa-dosa? Apalagi dalam kenyataannya, siapa sih yang bisa menjamin bahwa di masa lalu dirinya bisa terlepas dari salah dan dosa? Tentu, setiap diri tak bisa sepenuhnya terlepas dari salah dan dosa, baik disengaja ataupun tidak; baik besar maupun kecil.
Bila iman, amal shalih, kejayaan dan pahala sebagai energi positif, maka petilaku salah dan dosa merupakan energi negatif sehingga merecoki, membebani dan memberati hidup. Oleh karena itu betapa besar cinta dan kasih sayang Allah atas hamba-hambaNya, dimana menyediakan puasa dan ibadah Ramadhan sebagai instrumen ilahitlyah yang dapat dimanfaatkan untuk mengekalkan energi positif dan menghapus energi negatif yang berpotensi menggerogoti kebahagiaan kita.
Dengan dihapusnya dosa, maka hilanglah energi negatif yang destruktif, apalagi iman amal shalih dengan segenap pahalanya sebagai energi positif dijamin kekekalannya sehingga memengaruhi untuk bersikap bijak hari ini dan lebih baik di masa datang nanti. Inilah vasilitas yang tersedia bagi orang-orang beriman yang berpuasa dan menghidupkan bulan Ramadhan dengan ibadah.
Jadi agar dosa-dosa masa lalu diampuni maka pemberdayaan siyamu wa qiyamu ramadhan menjadi kunci. Ketika dosa diampuni tentu hidup menhadi ringan tak berat terbebani. Maka kini di bulan Ramadhan ini, di sang harinya kita berpuasa dengan keimanan dan melakukan segala aktivitas bermakna yang mendukungnya seperti bekerja, mencari nafkah, belajar dan mengemban amanah kehidupan dengan baik.
Adapun malam hari bulan Ramadhan, kita menghidupkannya (qiyamul lail) dengan ibadah, menegakkan shalat fardhu, shalat terawih, shalat witir, tilawah Qur'an, iktikaf, berdzikir, berdoa, shalat hajat, shalat fajar, dan shalat subuh. Aamiin
Tags:
Muhasabah Harian
MasyaAllah semakin semangat untuk beribadah di bulan mulia ini terimakasih pak
BalasHapus