Muhasabah 11 Ramadhan 1443
Membaca Godaan Puasa
Saudaraku, dalam Islam diyakini bahwa sebenarnya godaan itu datangnya dari setan. Karena hanya ia satu-satunya makhluk yang sejak mula sebagai penggoda manusia. Meski demikian, ada juga manusia yang meniru-niru setan, sehingga kemudian juga menjadi penggoda bagi sesamanya. Oleh karenanya di bulan Ramadhan seperti sekarang ini meski setan sudah dibelenggu dengan rantai sekalipun, tetapi orang-orang beriman yang berpuasa tetap tidak kemudian lepas dari godaan. Maka tidak boleh lengah sedikitpun.
Ya itu tadi, ternyata ada godaan yang berasal dari sesamanya sendiri yang ianya meniru-niru langkah setan; kerjaannya mengganggu, memfitnah, mengadu domba, memprovokasi, suka kasak kusuk sikat kiri sikut kanan nendang yang di depan menghalangi yang mau maju ke depan.
Oleh karenanya sejak mula sekali kita sudah diwanti-wanti oleh Allah melalui surat pamungkas dalam al-Qur'an untuk berlindung dari tipu daya dan kejahatan manusia di samping setan. Allah berfirman yang artinya Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (Qs. Al-Nas)
Di samping itu secara internal setiap diri juga memiliki hawa nafsu yang sewaktu-waktu juga dapat menjelma dan mengganggu, ketika dituruti maka hanya penyesalan yang didapatkan. Yakni ketika hawa nafsu itu tidak dituntun oleh wahyu, sehingga ia bisa belagu, liar, buas dan rakus.
Di sinilah pentingnya kita berlindung kepada Allah dengan memperkukuh iman, memperluas ilmu dan hikmah serta memperbanyak amal shalih. Di antaranya dengan puasa secara bersungguh-sungguh. Oleh karenanya kita perlu menjaganya dari godaan yang ada. Apalagi godaan yang ada bisa membatalkan puasa sampai bisa membatalkan pahala puasa.
Pertama, godaan yang disahuti bisa membatalkan puasa. Suasana permisif di sekitar kita, sehingga bisa jadi di mana-mana tersedia dan menyediakan aneka makanan, minuman dan juga hiburan. Tentu semua ini berpotensi menjadi godaan dalam berpuasa, terutama bagi para pemula.
Atau coba bayangkan saat panas menyengat di siang bolong, terlihat di meja atau lemari es, aneka minuman, jus dan buah-buahan yang fresh, mencium aroma masakan yang menggugah selera, aneka makanan kesukaan yang menggiurkan, air wudhu yang jernih segar dan seterusnya benar-benar bisa menjadi ujian iman.
Apalagi suasana sepi, tak siapapun yang melihat tak seorangpun yang mengetahui. Apalah salahnya mencicipi atau meminum barang sedikit, atau diam-diam makan. Begitu bisikan hawa nafsu bergejolak dalam diri. Coba kalau dituruti? Iya batal puasanya.
Kedua, godaan yang dituruti bisa membatalkan pahala puasa. Ya, dengan mengikuti godaan ini puasanya nemang tidak batal, tetapi tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Misalnya panca indera tidak dikendalikan secara syar'i. Mata jelalatan memperhatikan hal-hal yang tak senonoh sampai memata matai kekurangan orang lain. Di mana ada kekurangan, langsung menjadi komoditi andalan sehingga laris manis dibuatnya. Lisan juga bisa mengucapkan kata-kata ngelantur, bahkan tak disadari sudah menyakiti hati, atau setidaknya memprovokasi untuk ngrumpi atau ghibah sana sini. Telinga juga demikian halnya; bukannya untuk mendengarkan tausiyah atau menyimak lantunan kalam suci, malah dugunakan untuk nguping gosib dan kabar-kabar miring yang terjadi.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda "Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan jangan pula bertindak bodoh, jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa." (HR. Al Bukhari 1904).
Di samping itu, juga terpancing ghibah meski awalnya tak disadari saat bertemu berkumpul ngobrol dengan teman-reman. Apalagi sampai memfitnah dan mengadu domba sesamanya. Termasuk juga dusta, bohong, memanipulasi data dan akhlak tercela lainnya.
Kita diingatkann oleh Nabi melalui sabdanya Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al-Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shahih At-Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi –yaitu shahih dilihat dari jalur lainnya).
Nah kita mesti berhati-hati dengan semua ini karena bisa menjadi ranjau-ranjau puasa yang siap meledakkan keabsahannya dan pahalanya. Semoga puasa dan pahala puasa kita selamat dari segala godaan. Aamiin
Tags:
Muhasabah Harian