Membaca Kalam Yang Menakjubkan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 29 Ramadhan 1443

Membaca Kalam Yang Menakjubkan
Saudaraku, bulan Ramadhan dengan puasa dan ibadah pendukungnya benar-benar merupakan instrumen ilahiyah yang menyediakan ragam vasilitas amat menakjubkan. Bukan saja suasananya yang amat kondusif sehingga mengundang seluruh pecinta Rabbnya untuk beribadah, tetapi juga pahala berikut keberkahannya yang berlipat ganda bahkan unlimited tersedia. Di samping itu, pada bulan Ramadhan juga (awal mula) diturunkanNya al-Qur'an al-Mubarak. Allah berfirman yang artinya Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)... (Qs. Al-Baqarah 185) 

Terlebih lagi, karena seluruh titah dan isi kandungannya amat menakjubkan. Sehingga dengannya di antara nama dan karakteristik Al-Qur'an adalah Al-'Ajab, (kalam Allah) yang amat menakjubkan. Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami (QS. Al-Jin 1-2), 

Lazimnya sesuatu yang menakjubkan sehingga mengundang decak kagum adalah keistimewaannya tidak biasa; kebersihan, kerapian, kesesuaian, keserasian, kelengkapan, keindahan, kebermaknaan dan kehebatannya luar biasa.  Lihatlah seperti panorama, bangunan, kendaraan, tulisan, kaligrafi, dan alam semesta ini atau segala yang mengundang decak kagum penikmatnya. Begitulah ilustrasi Al-'Ajab, ketakjuban Al-Qur'an, luar biasa keistimewaannya sejak dari susunan kata hingga isi kandungannya yang tak tertandingi tak tersandingi oleh kalam apapun jua.

Betapa banyak orang yang memperoleh keberkahan berupa apresiasi yang menakjubkan lantaran relasi dan interaksinya dengan Al-Qur'an Al-'Ajab. Dimulai sejak memperindah lantuan suara saat membacanya dalam musabaqah tilawatil Qur'an, menuliskan lafal-lafalnya dalam seni kaligrafi, menghafal seluruh atau sebagiannya, menjelaskan isi kandungannya, mengajarkannya sampai pada pengamalan praktis dalam dunia nyata.

Kita sering berdecak kagum saat menyaksikan bocah-bocah istimewa bersama al-Qur'an dalam dirinya, baik karena indah bacaannya maupun hafalannya. Al-Qur'an benar-benar tersimpan kuat di hatinya. Lembaran demi lembaran ayat Al-Qur'an sangat rapi dan kuat terpatri di hati sehingga ketika dipancing sedikit saja dengan lafal yang mengiringi atau menyebut letak baris dan urutan halamannya, maka langsung secara otomatis akan segera menunjukkan dan melengkapinya. Hati dan kesadaran intelektualnya berisi lembaran-lembaran al-Qur'an.  Subhanallah!

Kita juga berdecak kagum atas talenta seorang hamba yang mampu membuat kaligrafi yang luar biasa indahnya. Apalagi dibingkai kaca dengan ukiran yang amat mempesona dan pencahayaan di dalamnya. Lafal-lafal itu menjadi sangat indah di tangan-tangan yang luar luar biasa. 

Di samping itu, kita juga berdecak kagum ketika membaca tafsir atau penjelasan atas al-Qur'an yang dilakukan oleh para ulama. Takjub kepada ulamanya juga kagum pada hasil ijtihad dan penafsirannya. Ada yang menggunakan pendekatan antar riwayat (tafsir bil ma'tsur) yang amat teluti, tetapi juga ada yang menggunakan pendekatan pemikiran (tafsir bil ra'yi) terutama saat tak tertampungi riwayatnya.

Ada yang memberi penjelasan detail surat demi surat, ayat demi ayat sejak awal dari surat Al-Fatihah hingga akhir surat Al-Nas (tafsir analisis), ada yang menafsirkan berdasarkan tema-tema pilihan (tasir tematik), ada yang menjelaskan secara garis besar (tafsir global) dan ada juga yang menjelaskan dengan mengemukakan penadapat antar mufasir (tafsir muqaran).

Di samping itu juga ada ulama yang menafsirkan al-Qur'an sesuai dengan disiplin ilmu dan kecenderungan diri mufasir. Oleh karenanya ada penafsiran al-Qur'an yang bercorak hukum (tafsir ahkam), bercorak pendidikan (tafsir tarbawy), bercorak tasawuf (tafsir isary), bercorak sosial kemasyarakatan (tafsir adab al-ijtima'i) dan seterusnya.

Subhanallah! Semua sisi dari al-Qur'an didekati dan dikuasai sehingga menakjubkan karenanya. Bahkan rasa takjub tak akan mengenal kata final, karena akan terus menampakkan hikmah baru yang berbeda sama sekali dengan yang sudah ada. Allah berfirman yang artinya Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (Qs. Al-Kahfi 108)

Keberkahan dari ketakjubannya bahkan akan menjadi sempurna dan disempurnakan oleh Allah ta'ala dalam keabadian hidup di surgaNya. Aamiin ya Mujibassailin


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama