Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 2 Ramadhan 1443
Membaca itu Tuntunan
Saudaraku, bila membaca itu tuntutan terkesan "mewajibkan" , maka membaca dinilai sebagai tuntunan cenderung lebih etis sehingga memuliakan. Artinya orang-orang yang gemar membaca tanda (ayat-ayatNya) berpeluang sangat besar menjadi orang mulia dan dimuliakan. Meskipun sejatinya kegemaran membaca juga berjenjang sejak dipersepsikan sebagai keterpaksaan, lalu menjadi kewajiban, lalu mebingkat menjadi kebutuhan dan terakhir sebagai kelezatan, tentu, kemuliaan yang diraih.
Kemuliaan bahkan dinyatakan secara implisit dalam rangkaian ayat. Allah berfirman yang artinya Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Qs. Al-Alaq 1-5)
Jadi membaca yang didasari secara lillah atas kemuliaan asmaNya, akan mengantarkan dirinya ke maqam kemuliaan. Membaca yang disadari secara billah atas keagungan asmaNya, akan mengantarkan dirinya ke maqam ketinggian derajat dan martabatnya.
Betapa tidak! Dengan membaca, manusia benar-benar dituntun diarahkan untuk mengetahui hal ikhwal dirinya, sehingga menjadi lebih tahu diri, mengenal dirinya. Bermodalkan tahu diri, maka pada gilirannya akan lebih tahu Ilahi tempat dan sandaran pengabdian hamba. Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Rabbahu, sesiapa yang mampu mengenali dirinya, maka pasti mengenali Rabb yang menciptakannya.
Dengan membaca manusia mengetahui Allah Rabbuna zat yang maha mencipta, termasuk mencipta dirinya yang terdiri dari unsur materi lantaran berasal dari tanah dan unsur immateri ketika Allah tiupkan ruh sebagian dari ruhNya.
Dengan membaca kita mengetahui alam semesta yang sengaja dicipta Allah untuk kepentingan hamba-hambaNya. Beragam keadaan, keindahan dan fasilitas telah Allah persiapkan demi kebahagiaan hamba-hambaNya. Pada gilirannya semua ini menjafi layak disyukuri. Allahu a'lam
Tags:
Muhasabah Harian