Membaca Ayat Puasa

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 6 Ramadhan 1443

Membaca Ayat Puasa
Saudaraku, titah membaca atau tuntunan iqra' tentu harus senantiasa kita indahkan. Jadi bukan sekedar dilaksanakan, tetapi lebih dari itu sehingga indah. Ya indah ketika distikamahi, dijaga intensitas dan kualitasnya serta diambil saripatinya untuk diamalkan ditataran praktis. Untuk maksud ini, muhasabah hari ini akan membaca ulang tentang ayat puasa.

Meski ayatnya sama, namun ketika ditadabburi akan melahirkan perspektif yang berbeda. Allah berfirman yang artinya, Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (Qs. Al-Kahfi 109)

Dalam konteks puasa (shaum), setidaknya tuntunan melakukannya disebut dua kali dalam al-Qur'an, yakni pada surat 19, Maryam ayat 26 Allah berfirman

فَكُلِيْ وَاشْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًا ۚفَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا ۚ ٢٦

“Maka makan, minum dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam 26).

Dan surat 2, al-Baqarah ayat 183, Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu  berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Qs. Al-Baqarah 183)

Ya, shaum atau puasa bermakna imsak atau menahan diri. Pertama, Ibunda Maryam shaum dari bicara, menahan diri untuk tidak berbicara saat orang-orang di sekelilingnya bertanya tentang hal ikhwal kehamilannya, karena dirinya tidak bersuami siapa-siapa. Begitulah titah atau "wahyu" Allah yang diterima dan diamalkan oleh Ibunda Maryam wanita suci yang tengah mengandung Nabi Isa as.

Dijelaskan dalam rangkaian ayat berikutnya seusai persalinannya,  Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, "Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.

Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina."

Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?"

Dia (Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.(Qs. Maryam 27-30)

Begitu Allah menjaga hambaNya dengan penjagaan yang amat sempurna. Puasanya ibunda Maryam menyimpan ibrah kemuliaan. Ternyata Ibunda Maryam dianugrahi dengan kelahiran seorang bayi dari rahim sucinya, bahkan sejak kelahirannya bayi itu (yakni Isa as) sudah diutus menjadi seorang Nabi. Ya Isa adalah seorang nabi dan rasul, bahkan termasuk dalam ulul azmi yang lima bersama Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw.

Kedua. Pada umat Nabi Muhammad saw, orang-orang beriman  berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan minum dan tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkannya dari terb. Begitulah titah atau wahyu Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad saw dan diamalkannya, juga oleh umatnya hingga kini, bahkan sanpai akhir zaman nanti.

Dengan berpuasa, kita hanya diberitahu atau semacam diharapkan di akhir seruan dalam ayat, bertujuan "semoga menjadi bertakwa".  Karena iman yang terhunjam di dada, maka kitapun percaya bahwa titah Allah pasti membawa kemaslahatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Dan ternyata di berbagai ayat lain Allah juga menjelaskan berbagai kemudahan, keberkahan dan kemuliaan orang-orang yang bertakwa. Di antaranya Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Al-Hujurat 13)

Dengan demikian puasa sejatinya merupakan akhlaknya para Nabi, pakaiannya para aulia dan kebutuhannya orang-orang beriman. Hanya orang-orang yang (menghendaki) mulia dan dimuliakan yang merengkuhnya. Semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama