Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Ke-2500, 15 Ramadhan 1443
Membaca "Ayat" Keseimbangan
Saudaraku, dalam lorong waktu sebagaimana telah diingatkan dalam tiga muhasabah terakhir, puasa dan ibadah Ramadhan yang kita tunaikan saat ini - idealnya - menghapus dosa masa lalu dan menjangkau kegembiraan masa depan. Nah hal ini berarti bersesuaian dengan prinsip kesimbangan, masa kini sebagai poros yang aktivitas dan kebermaknaannya menyeimbangkan antara masa lalu dan masa depan. Masa lalu diberkati dan segala dosa diampuni, masa kini menapaki kemuliaan bahkan melebihi seribu bulan, dan masa depan meraih kegembiraan demi kegembiraan sampai sesempurna di pelukan kemahaagunganNya. Apalagi malam dan atau hari ini bertepatan dengan tengah bulan Ramadhan 1443; setengah yang sudah dilalui dan masih setengah lagi insyaallah akan kita nikmati.
Dalam praktiknya, selama ini tentu masing-masing kita memiliki pengamalan dan pengalaman yang beragam namun tetap spesifik pada setiap orang dalam menunaikan dan menyeimbangkan antara setengah bulan yang sudah dilalui dengan setengah bulan yang akan dilalui. Tapi ini biarlah menjadi dinamika masing-masing pribadi orang beriman.
Namun demikian lazimnya, ghirah dan gairah kita umat Islam untuk beribadah memang relatif sangat tinggi di paruh pertama Ramadhan. Makanya masjid, mushala, langgar dan tempat-tempat beribadah penuh bahkan membludak dengan jamaah orang-orang taat, lantunan ayat-ayat suci al-Qur'an terdengar di mana-mana, juga di rumah-rumah kediaman warga bahkan hingga larut malam, suasana religius benar-benar terasa dalam kesehariannya. Nah, ghirah dan gairah beribadah seperti ini idealnya bisa dipertahankan keistiqamahannya pada paruh kedua hingga datangnya hari raya idul fitri, bahkan melintasi masanya. Apalagi pada paruh kedua sangat berpeluang turun dan terjadinya keberkahan lailatul qadar yang kemuliaannya disediakan melebihi seribu bulan.
Tentu, bagi orang yang beribadahnya (berpuasa, shalat, terawih, bersedekah) masih ala "gendang" yang ada hanya awal Ramadhan dan akhir jelang idul fitri, hanya ada tutup kiri dan kanan saja sementara tengahnya kosong mlompong, mestinya segera berbenah mengistiqamahi ibadah dari awal hingga akhir agar lebih maslahah dan berkah. Nah begitu prinsip seimbang dalam ketaatan harus dipertahankan.
Di samping itu keseimbangan juga harus dijaga antara siang untuk shiyamu ramadhan dan malam untuk qiyamu ramadhan. Tentu, pada siang hari bulan Ramadhan, kita menunaikan puasa dengan seluruh aktivitas pendukungnya. Pada waktunya kita benar-benar dapat memenuhinya dengan banyak aktivitas bermakna.
Adalah riwayat dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (Hr. al-Bukhari dan Muslim)
Di siang hari bulan Ramadhan selagi berpuasa, kita bisa menyelesaikan banyak agenda; bekerja mencari nafkah, belajar, mengajar, bermasyarakat, membersamai teman sekerja, berolahraga, menyelesaikan pekerjaan rumah, melakukan sanitasi lingkungan, mengemban amanah, membaca, menulis dan aktivitas insidental lainnya. Hari-hari selama Ramadhan benar-benar menjadi realitas penuh berkah yang layak disyukuri.
Demikian juga malam hari selama bulan Ramadhan, kita pun qiyamu ramadhan, menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah dan amalan pendukungnya.
Terdapat riwayat betapa pentingnya pemberdayaan malam Ramadhan dengan ibadah, Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan malam bulan suci Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu.” (HR. Al-Bukhari).
Di malam hari bulan Ramadhan, kitapun mengerjakan shalat baik wajib seperti magrib, isya, subuh maupun sunat seperti rawatib, terawih, witir dan sunat fajar, berdzikir, berdoa, membaca al-Qur'an, mengajarkan Islam dan al-Qur'an pada anak-anak, membersamai anak-anak saat bermain, bercengkrama bersama keluarga, beristirahat, makan berbuka dan sahur bersama. Malam-malam keberkahan Ramadhan seperti ini benar-benar layak disyukuri.
Sekali lagi prinsip keseimbangan harus benar-benar dikukuhkan dalam kehidupan, sehingga kebahagiaan dapat juga kita rasakan, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Aamiin ya Mujibassailin
Tags:
Muhasabah Harian