Membaca Al-Syifa

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Ramadhan 1443

Membaca Al-Syifa’
Saudaraku, ketika kita tidak lagi bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk; antara yang halal dan yang haram; antara yang mendatangkan ridha Allah dan yang mendatangkan murka Allah, sehingga terbukti kita masih mencampuradukkannya dalam praktik kehidupan sehari-hari, maka sejatinya hati kita sudah terkotori alias sakit, tidak sehat lagi. Ya hati kita sakit; sisi kemanusiaan kita sakit. Bila benar adanya, maka sebaiknya kita segera berobat dengan bertobat. Bertobat agar selamat, berobat agar hati tidak kadung sekarat.

Apalagi dalam diri juga masih tersimpan penyakit yang lebih akut, takabur atau sombong, ujub, riya, sum'ah, iri hati, msu menang sendiri, dengki, kerit sehingga malas besedekah, panjang angan-angan, terlalu mengejar dunia, meninggalkan shalat, lalai untuk berdzikir karena sibuk dengan dunia, dan kurang bersyukur terhadap karunia Allah yang ada. Inilah penyakit hati yang harus segera diobati dan ditobati.

Tentu, stadium dari penyakit hati tersebut juga bisa berbeda-beda sejak yang ringan sampai yang berat. Demikian juga halnya akan berpengaruh terhadap jenis obat dan dosisnya. Nah dalam iman Islam, seluruh ibadah yang disyariatkan oleh Allah atas manusia, adalah instrumen atau wasilah untuk membersihkan/mensucikan hati sehingga hati tidak sakit. Syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji adalah pilar Islam yang sangat efektif mengobati hati.

Jadi, kalau sakit fisik, kita segera berobat ke dokter, maka ketika hati yang sakit kita segera berobat dengan jalan bertobat. Bertobat itu kembali ke jalan yang diridhai Ilahi, mengerjakan perintahNya dam meninggalkan laranganNya. Di samping itu, agar segera sembuh kita dituntun untuk membaca (tentu juga mentadaburi dan mentafakuri) al-Qur'an. Ya karena al-Qur'an juga sebagai obat atau penawar.

Dasar normativitasnya adalah firman Allah yang artinya, Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(Qs. Al-Isra 82)

Al-Syifa’ dipahami bahwa al-Qur’an itu obat atau penawar bagi manusia. Meskipun banyak pengalaman telah membuktikan ada orang yang memperoleh obat penawar terhadap beragam rasa sakit secara fisik, al-Qur’an tentu lebih berpengaruh sebagai penawar terhadap segala penyakit phikhis seperti keragu-raguan, pesimis, putus asa, prustasi, patah hati, ketidaktentraman, takabur, sombong, riya, sum’ah, iri hati, hasad, kemunafikan dan penyakit hati lainnya.

Tapi realitas membuktikan bahwa banyak penyakit phisik yang dialami justru karena bermula dari phikhisnya yang sakit. Seperti saat hati prustasi lalu membawanya pada phisik yang lemes, terasa meriang atau gejala tidak enak badan lainnya. Akibat iri hati atau dengki pada keberhasilan orang lain justru berakibat ketidakbahagiaan sehingga terbawa sakit kepala, demam atau perut mules. Atau hati yang gundah berujung pada sesak nafas atau asma yang kronis. Inilah penomena psikosomatik bermula phikhisnya yang sakit berujung pada sakitnya fisik. Dan tentu penawarnya juga melalui teraphi phikhis dengan mengamalkan nilai-nilai kandungan al-Qur’an. Di sinilah al-Qur’an menjadi penawar bagi manusia.

Di antara upaya preventif agar tidak lemah dan tidak sakit, Allah berfirman yang artinya, Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Qs.Ali Imran 139)

Di ayat lain, Allah berfirman yang artinya, Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS al-Zumar: 53- 54).

“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Qs.Yusuf 87)

Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sombong.” (Qs. Al-Isra’ 37)  Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Qs. Al-Baqarah 34)

Oleh karena itu, agar terhindar dari segala penyakit, maka kita dituntun berlaku bersih, bersih lahir dan bersih batin. Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanyalah orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya, dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barang siapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebajikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali (mu).” (Qs. Fathir 18).

Dan kita dituntun untuk menghiasi diri dengan sabar, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (Qs. Al-Baqarah 45)

Tentu banyak rambu-rambu lain yang diberikan oleh Allah sehingga ketika kita patuhi maka akan memperoleh kebahagiaan hidup, dijauhkan dari penyakit dan sakit hati. Oleh karena itu, mari berobat (hati) dengan memperbanyak tilawah al-Qur’an, mentadaburi isi kandungannya dan mengamalkan dalam kehidupan nyata. Semoga sehat wal afiat selalu. Aamiin ya Mujibassailin

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama