Membaca Al-Furqan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 24 Ramadhan 1443

Membaca Al-Furqan
Saudaraku, hidup di dunia ini sarat dengan pilihan, bahkan kemudian ada ungkapan bahwa hidup itu sendiri adalah pilihan. Aktivitas sejak bangun tidur hingga tidur kembali merupakan putusan atas pilihan yang tersedia. 

Sejatinya berkualitas tidaknya (baca bermakna atau muspronya, berbahagia atau sengsaranya) hidup seseorang sangat bergantung pada bagaimana yang bersangkutan dalam memilah memilih dan bereaksi atas situasi yang dihadapi. Karena ragam pilihan yang tersedia memiliki konsekuensi logis yang menyertai. Dan pilihan mana adalah putusan masing-masing diri kita sekaligus untuk menentukan seberapa penting diri ini dalam kehidupan ini dan terutama di kehidupan setelah tidak hidup di dunia ini. 

Karena hidup itu pilihan, maka kita harus mengetahui yang benar dan yang salah; yang menyelamatan dan yang menyesatkan; yang membahagiakan dan yang menyengsarakan. Nah, di sinilah pentingnya kita membaca Al-Qur'an, karena ia sebagai al-Furqan, pembeda antara keduanya.

Dasar normativitasnya bisa dirujuk pada firman Allah yang artinya, Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan, Pembeda (yakni al-Qur’an) kepada hambaNya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (Qs. Al-Furqan 1)

Al-Furqan, Pembeda dipahami bahwa al-Qur’an berisi panduan dan pedoman yang dengannya bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang sah dan yang bathal, antara yang halal dan yang haram, antara yang lurus menyelamatkan dan yang bengkok menyesatkan, antara karakter perilaku emas dan perilaku loyang, antara yang tak berkualitas dan yang berkualitas, antara yang mengetahui dan yang jahil, antara yang diridhai dan yang dilaknat, antara orang-orang yang diangkat dan yang dijatuhkan, antara amalan yang balasannya surga dan amalan yang balasannya neraka dan seterusnya.

Di antara ayat yang menerangkan tentang perbedaan jalan hidup yang ditempuh dan diikhtiarkan oleh manusia, misalnya dalam doa yang senantiasa kita baca saat shalat, Ya Allah tunjukilah kami pada jalan yang lurus yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat (baca jalannya orang-orang beriman) dan bukan jalannya mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat (seperti orang-orang yahudi dan nasrani). (Qs. Al-Fatihah 6-7) 

Di sini, penting sekali kita senantiasa memohon pada Allah agar ditunjuki akan jalan yang lurus juga jalan yang diridhai dan dianugrah kekuatan untuk menapakinya. Karena ternyata ada jalan yang sesat dan dilaknat, namun masih saja orang yang berjalan di atasnya.

Adapun perbedaan antara orang yang mengetahui dan yang jahil, Allah berfirman yang artinya, Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Al-Zumar 9). Di sini kita mengetahui bahwa orang cerdas adalah orang-orang yang dapat menerima pelajaran dan sebaliknya orang jahil tidak.

Perbedaan antara orang-orang tak berkualitas dan orang-orang yang berkualitas dikabarkan oleh Allah melalui amsal atau perumpamaannya yang menakjubkan. Cobalah perhatikan firman Allah yang terjemahannya sebagai berikut. Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.(Qs. Al-Ra’du 17)

Buih meskipun amat banyak namun tak berdaya, tidak ada artinya, ia terombang-ambingkan oleh arus air atau arah angin. Adapun air ia akan terus mengalir, menggenangi, mendinginkan, menghilangkan dahaga, menyirami, meratakan, menumbuhkan tanaman, dan menghidupi kehidupan. Begitu jelas bukan?

Ayat yang mengabarkan perbedaan antara jual beli dan riba, kitapun ditunjuki bahwa jual beli itu halal dan riba itu haram, yaitu firman Allah yang artinya, Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al-Baqarah 275) Sebagai orang beriman, kita akan terus berusaha bermuamalah bertransaksi berjual beli yang baik dan benar agar berkah, sekaligus meninggalkan praktik riba sekecil apapun dia.

Di antara ayat yang mengabarkan balasan bagi orang kafir dan orang yang beriman bertakwa pada Allah adalah tertera dalam firman Allah yang artinya, Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahanam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab: “Benar (telah datang)”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.

Dikatakan (kepada mereka): “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya” Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.

Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.

Dan mereka mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki; maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal”. Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-mlaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (Qs. Al-Zumar 71-75)

Oleh karena itu sebagai orang Islam mestinya kita mensyukuri Al-Furqan, dengan membacanya, mentadaburinya, mengamalkan ajarannya dan mewariskan kepada anak cucu tercinta. Kita meyakini bahwa Allah menurunkan Pembeda agar manusia mengetahui bagaimana harus bersikap; yang baik harus dikerjakan dan yang buruk wajib ditinggalkan. Semoga kita dapat membedakaan antara jalan lurus dan diberi kekuatan oleh Allah untuk menapakinya, dan semoga kita ditunjuki bahwa ada jalan sesat menyesatkan seraya diberi kekuatan oleh Allah untuk menghindarinya.
Aamiin ya Mujibassailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama