Keberkahan Gladi Qanaah

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 18 Syakban 1443

Keberkahan Gladi Qanaah
Saudaraku, di antara rumus bahagia adalah mensyukuri yang ada, yang dalam bahasa agama disebut qanaah. Inilah latar muhasabah hari ini sehingga diracik di bawah judul keberkahan gladi qanaah. 

Ya qanaah atau merasa cukup dengan karunia Allah ta'ala yang kita terima, meski tidak seperti yang diinginkan. Karena yang diinginkan belum tentu menjadi kebutuhan. Oleh karena Allah maha mengetahui hamba-hambaNya, sehingga mengaruniai apapun juga sinkron dengan hajat dan kemaslahatannya. Apalagi keinginan seseorang itu seringkali jauh melampaui dari kebutuhannya. Oleh karenanya menerima dan mensyukuri yang ada menjadi kunci untuk bahagia.

Secara praktis, qanaah mengakumulasi ikhtiar, tawakal dan syukur. Oleh karena itu jangan dipikir, qanaah itu tidak butuh ikhtiar, tak perlu usaha dan hanya berpangku tangan menunggu keajaiban saja. Tapi qanaah itu menerima segala pemberian dan ketetapan Allah setelah kita memenuhi sunatullahNya. Qanaah juga mengembalikan ketetapan terbaik atas kita pada Allah ta'ala. Inilah wujud tawakal atau penyandaran diri hanya pada Allah. Makanya apapun yang Allah tetapkan atas kita diterima dengan rasa syukur kepadaNya.

Jadi qanaah, mensyukuri yang ada benar-benar melahirkan rasa bahagia. Sebaliknya gelisah biasanya muncul saat keinginannya tak terpenuhi atau karena membayangkan lalu mencari sesuatu yang tidak ada, sesuatu yang tidak dimilikinya. Sebagai ibrah tentang hal ini kita kita sering membaca pistingan kisah "99 Dinar". Berikut saya nukil ulang.

"Alkisah ada seorang Raja yang sedang duduk menerawang melihat taman di depan istananya. Ia gelisah karena tidak pernah merasakan ketenangan dan sulit sekali menemukan kebahagiaan. Kesehatannya mulai menurun karena ia mulai susah tidur karena banyaknya pikiran yang mengganggu. Padahal tempat tidurnya di dalam kamar yang mewah, dipan indah berukir dan menggunakan kasur yang empuk.

Di tengah lamunannya, sang Raja melihat seorang tukang kebun yang sedang bekerja sambil tertawa. Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan. Padahal gajinya sangat pas-pasan dan rumahnya begitu sederhana. Tidak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kabar yang ssmpai, pada saat pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makanan seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia. Raja pun heran melihat orang ini.

Ia memanggil penasihatnya yang bijak dan bertanya: “Hai penasihatku, telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya.Tapi …, Aku sungguh heran melihat tukang kebun itu. Tidak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kadang-kadang ia tertidur di bawah rindangnya pohon, seperti tidak ada beban dalam hidupnya,  padahal ia tidak memiliki apa-apa”.

Si penasihat yang bijak tersenyum dan berkata, “Semuanya ditentukan dengan resep 99″. “Bila tukang kebun itu terkena resep ini, maka hidupnya akan gelisah dan ia tidak akan bisa tidur.” “Apa yang kau maksud dengan resep 99 ?” tanya Raja. “Besok malam perintahkan prajurit untuk mengantarkan hadiah kepadanya. Sediakan satu kotak berisi uang dan tulislah 100 dinar. Namun isi lah kotak itu dengan 99 dinar saja.” Raja pun menuruti saran dari penasihatnya.

Ketika hari mulai gelap, prajurit mengetuk pintu rumah tukang kebun ini dengan membawa hadiah. Si tukang kebun membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat prajurit membawa kotak hadiah. “Ini hadiah dari raja untukmu.” kata si prajurit. “Ya, sampaikan terima kasihku kepada raja.” jawab tukang kebun sambil kegirangan melihat kotak dengan tulisan 100 dinar. Belum pernah ia memiliki uang sebanyak itu. Ia segera membawa masuk kotak itu dan menghitungnya bersama keluarga.

Namun anehnya, jumlah uang di dalam kotak itu hanya 99 dinar. Dia pun menghitung ulang lagi, tapi tetap jumlahnya 99. Dia yakin, pasti ada 1 uang yang jatuh. Dia pun mulai mencari-cari di sekitar pintu, tapi tidak menemukan apa-apa. Akhirnya dia mencoba untuk menelusuri sepanjang jalan menuju istana. Semalaman ia mencari tapi tetap tidak menemukan apa-apa.

Matahari mulai terbit, Raja beserta penasihatnya menanti tukang kebun ini. Tidak berapa lama dia datang dengan wajah yang masam dan merengut. Raja pun kaget dan bertanya pada penasihatnya, “Apa yang terjadi? Tidak biasanya ia datang dengan wajah seperti ini !” 

Akhirnya penasihat raja menjawab, “Duhai Raja, begitulah kehidupan. Kita memiliki banyak hal namun kita mencari yang tidak kita miliki. Orang ini mendapatkan 99 dinar secara cuma-cuma namun ia sibuk mencari 1 dinar yang tidak ada.”

Jadi munculnya kegelisahan hati karena kita sibuk mencari sesuatu yang tidak dimiliki, sementara yang dimiliki yakni 99 tidak disyukuri. Dan sang Raja pun terhenyak dan sadar akan kesalahannya. “Ya benar, Inilah jawaban atas kegelisahan ku selama ini”, kata Raja. “aku kurang mensyukuri segala anugerah yang sudah ku terima sampai saat ini !” Raja pun gembira dan menjadi bahagia karena sudah menerima jawaban atas kegelisahannya selama ini".

Meskipun bisa jadi kisahnya fiktif, namun narasi dan perilaku dari tokoh yang ditampilkan sangat realistik, bahkan bisa menjangkiti siapa saja. Sudah ada ini itu (harta, tahta) tapi kurang qanaahnya, kurang syukurnya, terbukti masih ngoyo nyari yang tidak ada. Ya semoga Allah menganugrahi sikap qanaah pada kita. 

Allahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama