Keberkahan Gladi Puasa

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 9 Syakban 1443

Keberkahan Gladi Puasa
Saudaraku, gladi kesiapan dalam bergembira menyongsong bulan Ramadhan yang paling relevan tentu dengan mengerjakan puasa. Ya inilah sambut puasa dengan puasa. Kalau dalam olah raga anggap saja sebagai pemanasan; atau sebagai preliminary research dalam penelitian,  pendahuluan dalam penulisan disertasi, atau apersepsi dalam proses belajar mengajar.

Meskipun puasa di bulan Syakban ini secara fikih hukumnya sunah, namun sangat urgen. Karena inti bulan Ramadhan itu ya puasa, maka ibadah selainnya menjadi pendukung - kecuali shalat lima fardhu dan zakat yang juga kewajiban - atau upaya pemberdayaan agar Ramadhan lebih bermakna, lebih hidup menghidupi dan lebih berkah memberkahi.

Apalagi bagi sebagian dari kita umat Islam yang kebetulan masih punya hutang puasa Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin saja di antara kita masih ada yang tertinggal-puasanya beberapa hari dalam bulan-bulan Ramadhan yang lalu, baik karena sakit, haid juga nifas bagi kaum perempuan, musafir maupun alasan syar'i lainnya. 

Tentu merupakan keberkahan yang teramat spesial apabila bisa mengqadha yakni mengganti puasa yang ditinggalkannya dengan berpuasa di bulan Syakban ini, karena bisa sekaligus meniatkannya sebagai amalan sunah. Coba pikirkan! Dengan berpuasa Syakban sudah membayar hutang puasa fardhunya tapi juga mendapat keberkahan puasa sunah. Satu amalan, banyak keberkahan.

Di samping itu, keberkahannya juga terasa, karena puasa sunah Syakban juga sudah relatif melembaga, menjadi tatanan kemuliaan terutama di berbagai komunitas muslim yang taat, seperti di kalangan dayah, pondok pesantren, perguruan atau sekolah-sekolah Islam dan atau pada pribadi-pribadi muslim yang istikamah taat lainnya yang ada di mana-mana.

Bila puasa Syakban  ditunaikan, maka diproyeksikan pada bulan Ramadhan nanti sudah benar-benar dapat meraih keberkahan puasa sesungguhnya atau maqam puasanya sudah katagori khawasul khawas, cum laude.  Bukan saja karena sudah "mencuri start" tetapi puasa itu sendiri sudah merupakan akhlak mulianya. Dan akhlak mulia senantiasa menjadi energi positif untuk maraih segala keutamaan hidup dan rasa bahagia. Dengan demikian garis startnya bukan 1 Ramadhan, tetapi jauh sebelumnya. Bahkan dalam siklusnya menjadi sistemik mempribadi tak berawal sekaligus tak berakhir.

Oleh karena itu, bila puasa sunah Syakban itu sebulan tidak bisa terpenuhi 30 hari ditunaikan, maka setidaknya lebih banyak hari untuk mempuasainya. Bila inipun tidak terkejar untuk dikerjakan juga, maka setidaknya bisa puasa sunah yang lazim seperti bulan sebelumnya saja, misalnya sunah senin kamis, yakni ada 4 hari senin, 4 hari kamis di bulan Syakban ini. 

Bila sunah senin kamis belum mampu dikerjakan juga, maka setidaknya berpuasa tiga hari pada pertengahan bulan qamariah yakni puasa ayyamul bidh tanggal 13, 14 dan 15 Syakban pekan depan ini.  Bila inipun tidak ada dalam agenda ibadah juga pada bulan Syakban tahun ini, semoga masih dipertemukan dengan bulan Syakban tahun depan, sehingga mampu memulai meraih keberkahannya. 

Tetapi di atas segalanya orang cerdas, tetap akan cerdas memaknainya. Tingkat kecerdasan dalam memaknai, tentu akan memengaruhi maqam dan rasa bahagianya.

Allahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama