Keberkahan Gladi Kepedulian

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 12 Syakban 1443

Keberkahan Gladi Kepedulian
Saudaraku, di.antara tuntunan yang digalakkan dalam Islam, apalagi saat Ramadhan nanti adalah ajaran kepedulian. Ya peduli terhadap kesejahteraan, pendidikan, keamanan dan kebahagiaan diri, keluarga dan sesamanya. Oleh karenanya gladi kesiapan terhadap kepeduliaan sangat didambakan agar bisa istikamah.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata kepedulian berasal dari peduli yang merujuk pada sebuah nilai dasar, sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Dari batasan ini maka kepedulian mewujud pada keberpihakan dengan melibatkan diri dalam persoalan diri, keluarga, sesamanya, dan keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita.

Istilah yang juga sudah familiar adalah care, perhatian atau  bahasa Jawanya "open" sehingga “kopen” (terpelihara keadaan dan kebaikannya) Jadi “open tenan” berarti peduli sungguhan. Seperti peduli istri/suami/anak/ keluarga/bangsa, peduli anak yatim, peduli literasi, peduli lingkungan, peduli tanah air, peduli Palestina dan seterusnya.

Belakangan kata peduli juga dipahami sebagai rasa kemanusiaan, wujud dari sikap empati dan simpati atas permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan atau dialami oleh sesamanya. Misalnya, peduli terhadap  penanganan sampah, peduli terhadap limbah, peduli terhadap korban bencana, peduli tsunami, peduli korban banjir, peduli korban kebakaran, peduli kemiskinan, peduli terhadap pencegahan prostitusi, peduli terhadap pencegahan narkoba, peduli terhadap bahaya game online dan seterusnya.

Mengapa setiap kita harus peduli atau mengukuhkan sikap kepedulian? Ya, karena kepedulian itu merupakan bagian dari akhlak mulia, maka kita harus mengukuhkannya. Apalagi nasib tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, bisa jadi hari ini sesuatu itu menimpa orang lain, tapi esok lusa dialami oleh diri kita atau orang-orang terdekat dengan kita. Roda pedati tidak selamanya di atas, tetapi berputar, suatu waktu menurun ke bawah untuk naik ke atas kembali. Tetapi dengan mengembangkan sikap peduli kita bisa saling membantu, saling mengingatkan, saling menguatkan satu dengan lainnya. Bahkan di antaranya hanya dengan peduli, kita bisa meraih sukses bersama dan berbahagia seluas-luasnya.

Ilustrasi sangat sederhana dinyatakan dalam sebuah riwayat Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah ï·º bersabda: Tatkala seseorang berjalan di suatu jalan, dia mendapatkan satu dahan pohon berduri berada di tengah jalan, lalu dia meminggirkannya, maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Dahan berduri” dalam normativitas di atas dipahami sebagai “rintangan” yang berpotensi mengganggu kelancaran juga kenyamanan para pengguna – di antaranya keluarga atau kita sendiri – yang akan melintas di jalan tersebut. Maka makna “dahan berduri” di sini dapat diperluas cakupannya seperti keadaan jalan berlobang, apalagi sempit, tergenang becek, licin menggelicirkan, ada paku bertebaran (atau bahkan anak kucing di tengah jalan) dan segala hal juga kondisi jalan yang tidak laik dilintasi lainnya.

Dengan demikian upaya menutupi lobang-lobang di sepanjang jalan, memperluasnya, mengikhlaskan tanah miliknya untuk perluasan jalan umum, mengalirkan air genangannya, memperbaiki kondisinya, menyingkirkan paku atau dahan pepohonan yang menutupinya atau menyelamatkan anak kucing di tengah jalan merupakan akhlak mulia, yang dengannya menjadi wasilah bagi Allah untuk mencurahkan rasa kasih sayangNya dan memercikkan kemahapengampunanNya.

Bila dahan berduri dalam normativitas di atas dipahami sebagai “rintangan” yang berpotensi mengganggu kelancaran juga kenyamanan para pengguna yang akan melintas, maka makna “jalan” juga bisa diperluas cakupannya seperti kantor tempat kerja, atau bahkan jalan kehidupan di dunia ini.

Dengan demikian termasuk berakhlak mulia ketika dapat menyingkirkan “dahan berduri” atau rintangan yang berpotensi mengganggu jalannya para pencari kerja dalam memperoleh pekerjaan, atau jalannya para karyawan atau guru atau dosen saat mau urus naik pangkat dan golongan, atau jalannya para pasien saat mau berobat, atau jalannya para pendosa saat mau bertaubat .. dan seterusnya. Bahkan dengan melempangkan jalannya ini menjadi wasilah bagi Allah untuk mencurahkan rasa kasih sayangNya dan memercikkan kemahapengampunanNya.

Coba bayangkan, amalan yang bisa jadi dinilai sepele dan ringan tetapi balasannya adalah sangat besar yakni kasih sayang Allah dan ampunanNya. Apalagi amalan-amalan besar yang dikerjakannya dengan tulus ikhlas. Rasanya, dengan kasih sayang dan ampunan Allah saja sudah cukup untuk membayangkan betapa bahagia hidupnya baik selagi di dunia maupun di akhirat kelak.

Nah, dalam hidup keseharian kita banyak sekali dihadapkan pada situasi dan kondisi yang menuntut sikap peduli; peduli situasi, peduli kondisi. Bangun tidur, tidak membiarkan seprai atau selimut dan bantal berhamburan karena kepedulian pemakainya. Air kran mengalir deras sehingga tumpah ke mana-mana tidak akan terjadi bila kita peduli mematikannnya. Kamar mandi berantakan dengan segala macam jemuran, kotor dan bau juga tidak akan kejadian bila kita peduli. Halaman juga pekarangan rumah akan bersih, rapi dan heiginis ketika ada kepedulian orang yang mendiaminya. Kendaraan akan kinclong karena kepedulian siempunya. Saking kilatnya, orang bisa bercermin darinya, tidak malah menjadi media yang bisa ditulisi “ini kotor”, pada kacanya. Berkas tidak mungkin menumpuk di meja kerja apalagi berserakan bila ada kepedulian pejabat/orang yang bekerja di sana. Jadi untuk clean and clear perlu kepedulian.

Kemiskinan akan terus berkurang secara signifikan bila semua orang terutama yang “kaya” memiliki sikap peduli. Begitu juga berkurangnya kebodohan dengan kepeduliaan orang-orang cerdas; berkurangnya pengangguran atas kreativitas orang-orang yang memegang kebijakan; terkikisnya kedzaliman dengan upaya dan doa para ulamanya. Dan seterusnya. 

Kini, jelang Ramadhan agenda gladi memastikan kepedulian terhadap peningkatan iman, ilmu dan amal shalih kita dan keluarga juga mesti diprioritaskan. Agar capaian Ramadhan nantinya benar-benar dapat bersinergi melahirkan rasa bahagia yang bertambah-tambah. Aamiin ya Rabb

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama