Keberkahan Gladi Kejujuran

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 23 Syakban 1443

Keberkahan Gladi Kejujuran
Saudaraku, alarm kehidupan yang senantiasa mengingatkan kita tentang kemuliaan hidup mendatangkan kepercayaan, cinta dan marwah kehormatan adalah kejujuran. Saking agungnya keberkahannya, maka tidak mudah, termasuk jujur pada diri sendiri. Maka hanya orang-orang pilihan saja yang bersedia dan mampu merengkuh kejujuran dalam altar kehidupannya.

Kejujuran itu sifat wajib yang melekat pada para rasul, pakaiannya para aulia juga orang-orang beriman dan sifatnya para cerdik cendikia, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan akan menuntun ke surga (baca rasa bahagia).

Orang-orang jujur itu bersesuaian antara hati, lisan dan perbuatannya; antara tutur katanya dan perilakunya; antara perbuatannya dan laporannya.

Dalam iman Islam kita dituntun saat hati percaya pada Allah, lisan melafalkan kesaksiannya, maka amal shalihnya harus menjadi pembuktikan perilakunya. 

Bila hatinya telah beriman pada Allah, lisannyapun sudah berikrar syahadat, maka perilakunya juga mesti mewujud dalam ketaatan hanya kepadaNya, melalui shalat, puasa, zakat, haji, ibadah mahdhah yang disyariatkan dan ibadah ghairu mahdhah guna meraih ridha Allah ta'ala. 

Bila antara hati, lisan dan perbuatan tidak bersesuaian satu atas lainnya, maka dipastikan ada masalah, di sana dikhawatirkan menyelinap penyakit nifak. Nifak dalam Islam merupakan sifat tercela, orangnya disebut munafik. Munafik itu lain di mulut lain di hati; lisan bilang ya tapi perilakunya tidak.

Orang-orang jujur itu bila lisan sudah mengaku Islam, padahal Islam itu berserah diri pada Allah secara total, maka juga mewujud dalam perilaku sehari-hari dalam keberislaman yan kaffah. Bila Islam dimaknai damai, makanya juga harus mewujud dalam keseharian petilakunya yang damai mendamaikan. Bila Islam bermakna selamat, maka orang Islam mesti selamat dan  menyelamatkan.

Orang-orang jujur itu ketika sudah bersumpah apalagi kitab suci ditaruh di atas kepalanya sebagai saksi, maka mesti dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari, bila tidak ingin menuai petaka. Ketika sering kali mengingkari janji dan sumpah setianya namun masih baik-baik saja, ketahuilah jangan-jangan itu semua merupakan istidraj, yang harus segera disadarinya dengan taubat nasuha.

Orang-orang jujur itu berpenampilan bersahaja, apa adanya, tidak ada yang dibuat-buat, tidak neko-neko dan juga tidak mengenakan "topeng yang bisa menutupi wajah aslinya". Tetapi di sini justru letaknya bahagia. Jadi kejujuran itu kebajikan, dan kebajikan menuntun pada kebahagiaan. Allahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama