Keberkahan Gladi Keistikamahan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Hari Putih ke-2,  14 Syakban 1443

Keberkahan Gladi Keistikamahan
Saudaraku, di antara gladi kesiapan yang semestinya terus mewujud dalam perilaku keseharian orang-orang beriman adalah keistikamahan dalam ketaatan. Ya, sikap istikamah atau teguh dalam pendirian dengan senantiasa memeluk ketaatan merupakan akhlak mulia sekaligus prinsip dalam meraih kesuksesan (baca kebahagiaan) hidup.

Sikap istikamah itu sendiri merefleksi menjadi akhlak mulia ketika dilandasi dengan iman kuat yang terhunjam di hati dan ilmu kearifan yang luas, sehingga tidak mudah goncang karena terpaan angin topan yang datang, tak mudah lekang karena hujan dan tak mudah lapuk karena panas.

Pentingnya sikap istikamah dalam ketaatan ini benar-benar harus disadari karena hidup itu tidak selalu mulus; persis seperti berlayar, maka lautan tak selamanya tenang. Di sana ada angin berhembus yang bisa menyebabkan gelombang pasang, di samping terdapat batu karang, bahkan menjulang. Pun demikian perompak juga bisa jadi ancaman saat mereka menghadang di tengah lautan. Begitulah tamsilan kehidupan. Maka sesiapun yang berlayar dengan perahu atau kapal apapun tetap diperlukan kepiawaian dan keteguhan sang nahkoda kesabaran penumpang agar semuanya dapat berlabuh di dermaga tujuan.

Pertama dan utama, istikamah dalam iman. Kita benar-benar dituntun untuk istikamah dalam Islam dan iman, sehingga bisa dipertahankan sampai suatu saat pulang ke haribaan Allah ta'ala. Untuk ini, melalui sejarah kita bisa belajar misalnya dari Bilal bin Rabbah, atau Amnar bin Yasir atau orang-orang yang tak tergoyahkan dalam merengkuh Islam dan iman meskipun taruhannya nyawa. Jangan karena faktor-faktor duniawiyah terutama faktor ekonomi kemudian menjadi tujuan atau prioritas sehingga ada yang sampai imannya digadaikan, Islamnya ditukar. Naudzubillah!

Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushilat 30)

Padahal iman yang kukuh menjadi energi yang sangat kuat dalam mengantarkan ke surga (baca kebahagiaan hidup) seperti sangat gamblang dijanjikan Allah sebagaimana ayat Al-Qur'an yang terjemahannya tertera di atas.

Kedua, istikamah belajar. Untuk meneguhkan iman, maka dihajatkan istikamah dalam mencari dan menguasai ilmu pengetahuan juga hikmah kearifan. Untuk tujuan ini bisa dilakukan dengan mengistikamahi aktivitas membaca, mengistikamahi aktivitas menulis, mengistikami berdiskusi, berlatih, dan seterusnya.

Ketiga, istikamah beramal. Bila sikap istikamah dalam iman dan ilmu sudah bisa dikukuhkan, maka mestinya juga bersinergi dengan istikamah dalam beramal shalih. Allah berfirman yang artinya Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Qs. Hud 112)

Rasulullah saw bersabda: 
…يَاأَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوْا مِنَ الْأَعْمَالِ مَاتُطِيْقُوْنَ، فَإِنَّ اللهَ لَايَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوْا، وَإِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ مَادَامَ وَإِنْ قَلَّ 
"Wahai sekalian manusia. Kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit." (HR. Bukhari Muslim).  

Inilah Islam yang menuntun manusia secara persuasif, bijak dan bertahap. Beramal shalih dari sekarang, dari sekecil apapun dan dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi akhlaq al-karimah. Dan akhlak al-karimah ini  menjadi energi positif yang melahirkan rasa bahagia, sehingga dapat mendorong untuk beramal shalih lebih banyak lagi serta mengistikamahinya sampai benar-benar merasakan kebahagiaannya yang sempurna.

Shalat malam, shalat dhuha, shalat rawatib bila dapat dilakukan secara istikamah tentu akan memperindah penunaian shalat fardhu, juga menvasilitasi melimpahnya keberkahan dari Allah. Demikian juga puasa-puasa sunah atas puasa fardhu Ramadhan, sedekah infak wakaf atas zakat mal dan zakat fitrah, umrah atas haji, dzikir atas syahadat.

Keberkahan istikamah juga dirasajan pada praktik ibadah secara umum, seperti istikamah dalam bekerja, istikamah dalam berolahraga, istikamah dalam menjaga kebersihan, istikamah dalam mempertahankan kedisplinan, istikamah dalam kebersahajaan dan seterusnya. 

Oleh karena itu agar Allah menganugrahi hal (jamaknya ahwal) berupa sikap istikamah kepada kita, maka kita harus menempuh maqam (maqamat) berusaha menjemputnya dengan melakukan apapun ketaatan kepadaNya sekecil apapun dari sekarang. Kita berusaha untuk senantiasa dalam kondisi punya air sembahyang, lisan basah dengan dzikir, mendawamkan puasa sunah, shalat dhuha dan qiyamul lail, tilawah Qur'an, dzikir .... Insyaallah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama