Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Syakban 1443
Keberkahan Gladi 'Iffah
Saudaraku, di antara akhlak yang harus selalu digladi akan kesiapannya adalah 'iffah. Ini alarm kehidupan yang hakiki. Apalagi ketika kita sudah sangat dekat dengan bulan Ramadhan. Mengapa? Karena makna 'iffah itu sendiri menjadi esensi dari ibadah puasa yakni menahan diri dari segala yang tidak diridhai Allah. Jadi, 'iffah harus menjadi rem terhadap segala yang dibenci oleh Allah, apalagi yang mendatangkan murkaNya. Rem kali ini benar-benar harus pakam sehingga saat harus berhenti, maka kitapun tidak jalan mendekati lagi agar tidak terperosok ke jurang kesengsaraan.
Etikanya ketika sudah mampu berkomitmen menahan diri dari mohlimo (tidak mau maling/korupsi, tidak mau main/berjudi termasuk yang online, tidak mau minum minunan keras, tidak mau madat nyandu/ngganja dan tidak mau madon/berzina) serta tidak melakukan segala sesuatu/laku yang diharamkan oleh syariat, maka harus ditingkatkan dengan berusaha menahan diri dari yang makruh seperti menyia-nyiakan waktu, malas-malasan tidak beramal apapun, manja kebablasan, menghambur-hamburkan uang, berfoya-foya, sorak sorei banyak tertawa bahkan sampai terbahak-bahak lupa ibadat lupa akhirat. Ketika semua ini juga sudah bisa dikendalikan, maka idealnya terus meningkatkan 'iffahnya untuk menahan diri segala hal yang berpotensi memalingkan diri dari Allah Rabbuna.
Ketika sifat 'iffah sudah melembaga dalam keseharian kita umat Islam, maka seluruh aktivitas dalam hidupnya menjadi bermakna. Dari bangun tidur di dini hari hingga hendak tidur lagi di malam hari menjadi pembuktian diri dalam mengabdi pada Ilahi.
Kini bulan Ramadhan memang sudah semakin dekat, maka tidak etis rasanya bila kita menerapkan aji mumpung; mumpung belum berpuasa, maka bisa makan sepuasnya, ngopi ke kedai terus bahkan seharian, bisa banyak-banyak belanja, bisa bicara sesukanya, aploud status seenaknya tidak peduli senggol kiri kanan. Seolah terbayang hendak memasuki penyiksaan, hari-hari dalam kondisi lapar dan dahaga, tidak ada kedai nasi dan kedai kopi yang buka, maka diisi dengan tidur sepanjang hari.
Inilah makanya Ibnu Maskawaih di dalam kitabnya Tahdzib al-Akhlaq berpesan agar merengkuh sifat 'iffah yakni berusaha mengukuhkan kekuatan internal untuk menahan diri menuruti hawa nafsunya. Menahan diri dari rakus dan tak puas-puasnya terhadap harta, tahta, wanita/pria.
Sebagai muhasabahnya, bila tidak kuasa menahan nafsu, lalu apa bedanya dengan hewan ternak?, yang hanya nuruti nafsu makan, lalu tidur, dan beranak pinak. Allah berfirman yang artinya, Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (Qs. Al-A'raf 179)
Dalam suasana kehidupan di dunia ini, 'iffah pada setiap pribadi benar-benar diuji. Akankah 'iffah menjadi aktual? Akankah 'iffah bertahan bila dihempas gelombang? Akankah 'iffah menjadi identitas dari pribadi pilihan? Akan 'iffah menjadi mahkota kemuliaan di tengah arus besar hedonis yang sering menghipnotis. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bukan dalam bentuk verbal, tapi aksi nyata dalam kehidupan. Semoga kita mampu menjawabnya dalam perilaku nyata.
Aamiin ya Rabb!
Tags:
Muhasabah Harian