Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 26 Rajab 1443
Keberkahan Shalat Sunah Thawaf
Saudaraku, pada saat menunaikan ibadah haji usai menunaikan wukuf di Arafah kaum muslimin muslimat harus melakukan rukun haji berikutnya yaitu tawaf dengan mengelilingi Ka'bah tujuh kali putaran. Setelah selesai, terdapat satu amalan sunah yakni shalat sunah thawaf. Shalat sunah dua rakaat ini diutamakan untuk dilaksanakan di belakang Maqam Ismail. Jika tidak memungkinkan, maka boleh dilaksanakan di Hijir Ismail dan Masjidil Haram.
Adapun mengenai tata cara shalat sunnah thawaf adalah sebagai berikut; Pertama, niat melakukan shalat sunnah thawahf sebanyak dua rakaat. Berikut niatnya;
أُصَلِّيْ سُنَّةً الطَّوَافِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالَى
Aku shalat sunnah thawaf dua rakaat karena Allah.
Kedua, pada rakaat pertama setelah surah Al-Fatihah disunahkan membaca surah Al-Kafirun dan rakaat kedua disunnahkan membaca surah Al-Ikhlas.
Ketiga, setelah salam kemudian membaca doa berikut;
اَللَّهُمَّ اَنَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ اَتَيْتُكَ بِذُنُوْبٍ كَثِيْرَةٍ وَاَعْمَالٍ سَيّئَةٍ وَهَذَا مَقَامُ اْلعَائِذِ بِكَ مِنَ النَّارِ فَاغْفِرْلِيْ اِنَّكَ اَنْتَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Ya Allah, saya adalah hambaMu dan anak hambaMu, saya datang kepadaMu dengan dosa yang banyak dan perbuatan yang buruk. Ini adalah tempat orang berlindung kepadaMu dari api neraka. Maka ampunilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Penyayang.
Mengapa dituntun mengerjakan shalat dua rakaat usai thawaf? Ya, bukankah thawaf telah mengajari banyak hal tentang kehidupan ini, sehingga layak disyukuri. Di antaranya mengajarkan agar mengarungi siklus atau putaran kehidupan dengan benar dan istiqamah. Kebenaran dan keistiqamahan dalam mengarungi putaran kehidupan, mesti ditunjukkan pada bukti yakni fokus mengorientasikan hidup pada Allah. Hal ini jelas diperagakan melalui gerakan mengitari dengan berporoskan Ka'bah sebanyak tujuh kali.
Di samping sebagai penyatuan kiblat shalat, Ka'bah juga merupakan simbol penyatuan orientasi hidup manusia di bumi. Hal ini kira-kira persis seperti seluruh planet di langit yang bergerak berorientasi mengitari matahari. Kehidupan manusia di bumi, ke manapun dan sejauh apapun manusia melangkah menjalani hidup di dunia ini, idealnya harus senantiasa berorientasi pada satu tujuan yaitu menggapai ridha Ilahi. Bila di langit ada satu matahari sebagai poros tata surya, di bumi ada satu Ka'bah sebagai poros thawaf jamaah haji dan kiblat shalat umat Islam sedunia, maka di hati ada Yang Maha Satu yaitu Allah Rabbuna sebagai orientasi hidup dan kehidupan insani.
Tuntutan untuk menjalani hidup dan kehidupan di muka bumi ini selalu fokus menjadi tuntunan kesuksesan sehingga berhasil mengukuhkannya sebagai tatanan kumuliaan. Inilah tuntutan yang menjadi tuntunan agar tercipta tatanan. Gagal fokus hanya akan mempersulit diri sendiri dalam menjalani hidup dalam kehidupan ini. Karena hati menjadi bercabang, dan gerak atau usaha menjadi tidak menentu, dan hasilnyapun tidak maksimal seperti yang diharapkan.
Jadi tuntutan untuk menjalani kehidupan di muka bumi ini dengan memiliki orientasi hidup yaitu Allah menjadi tuntunan kesuksesan sehingga berhasil mengukuhkannya sebagai tatanan kemuliaan.
Orientasi hidup pada harta, tahta, keluarga saja justru hanya akan membebani hati, pikiran dan usaha meraih dan mempertahankannya. Tetapi bila harta, tahta, dan keluarga diperlakukan sebagai amanah, dan orientasi hidup tetap Allah, maka manusia akan menperoleh keberkahan melalui harta, tahta dan keluarga.
Dari segi kaifiyatnya, berputar mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali juga mengingatkan berapa pentingnya proses dan usaha, bahkan harus ekstra karena harus dilakukan berulang kali. Menuju untuk mendekatkan diri pada Allah (taqarrub ilallah) atau bahkan menyatukan diri pada kebenaran Ilahi merupakan proses sekaligus capaian kesadaran insani terhadap eksistensinya di muka bumi ini. Inilah kesejatian esensi hidup yang senantiasa bergerak berputar berusaha dan fokus berorientasi pada satu arah dan satu tujuan, menggapai ridha Ilahi.
Di samping fokus berorientasi pada kebenaran, ikhtiar juga merupakan tuntunan kesuksesan, sehingga ketika berhasil mengukuhkannya akan melahirkan tatanan kemuliaan. Di sinilah makanya, ikhtiar akan selalu bersinergi dengan capaian kebahagiaannya.
Suatu aktivitas kebaikan yang dilakukan berulang-ulang akan melahirkan kebiasaan, yang dalam bahasa agama disebut akhlaqul karimah. Karena yang diulang itu adalah kebaikan dan kebaikan itu sebagai energi positif, maka akan mendorong untuk terus mengulanginya sehingga kebahagiaannyapun lebih sempurna. Allahu a'lam
Tags:
Muhasabah Harian