Keberkahan Shalat Idul Fitri

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Uro Raya Jumat 24 Rajab 1443

Keberkahan Shalat Idul Fitri
Saudaraku, lazimnya seusai Ramadhan, setelah sebulan dituntun berpuasa di siang harinya dan menghidupkan malamnya dengan ibadah, maka 1 Syawal merupakan hari raya Idul Fitri, hari kemenangan bagi kaum muslimin. Ya benar, menang setelah berjuang dan bermujadah menundukkan hawa nafsu diri selama bulan Ramadhan dengan segala pengamalan dan pengalaman religiusitasnya. Di samping itu Hari Raya Idul Fitri juga merupakan hari berbuka kembali setelah sebelumnya sebulan berpuasa di siang hari sehingga layak disyukuri. Untuk bakti sebagai bukti syukur, Islam menuntun kita agar mengerjakan shalat Idul Fitri.

Ya shalat Idul Fitri, di antara amalan sunah yang datang dan ditunaikan hanya setahun sekali, makanya hampir seluruh kaum muslimin muslimat merasa ringan mengindahkannya. Anggota keluarga yang berpencar di pojok-pojok bumi karena mengemban amanah kehidupan tertentu berusaha mudik ke kampung halaman agar dapat shalat Idul Fitri bareng dengan keluarga lainnya dan dapat salam takdhim satu sama lain.

Setelah malamnya takbiran, dini hari tahajud bersambung shalat subuh berjamaah, maka pagi harinya seusai sarapan ala kadarnya kaum muslimin muslimat, besar kecil berbondong-bondong menuju ke tempat shalat Idul Fitri. Shalatnya ditunaikan secara berjamaah di tanah lapang atau masjid, sehingga bisa sembari reuni dengan handai tolan yang sudah lama tak bersua. Shalatnyapun tidak berat, hanya dua rakaat (rekaat pertama menbaca takbir tujuh kali dan rekaat kedua lima kali) dan diiringi dengan mendengarkan atau menyampaikan kutbah  pada rangkaian shalat id di pagi hari raya idul fitri.

Meski disenangi pelaksanaannya rada lapang di pagi hari raya dimaksud karena memberi kesempatan orang-orang beriman untuk membayar zakat fitrah terlebih dahulu dan atau makan minum atau sarapan ala kadarnya  sebagai tanda tidak berpuasa lagi, lazimnya dikerjakan sebelum panas matahari menyengat. Jangan sampai anak-anak atau ibundanya atau orang-orang tua mendapati masalah dengan daya tahan fisiknya saat mengikuti prosesinya.

Dalam tinjauan sosiologis anthropologis, moment shalat Idul Fitri dan berhari raya 1 Syawal menjadi kesempatan yang mengingatkan kita akan makna lahir kembali, suci kembali, reuni, berkumpul bersama keluarga di kampung halaman setelah sebelumnya di tempat-tempat yang terpisah satu dengan lainnya. Mengapa semua ini layak disyukuri?

Iya, di antaranya kita mengikuti sunah nabi. Dari aspek sejarah kenabian, bukankah hari raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan terkait dengan turunnya wahyu pertama sekaligus sebagai hari bi’tsah (pengukuhan diutusnya) Muhammad sebagai seorang Nabi?. Di samping  lahirnya komunitas Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw. Kelahiran nubuwah Nabi Muhammad saw, yaitu semenjak menerima wahyu al-Qur’an yang pertama di Gua Hira’, yaitu pada tanggal 17 Ramadhan, 6 Agustus 610 masehi. Makanya dalam seluruh rangkaiannya, shalat dan hari raya idul fitri merupakan bakti dan bukti rasa syukur kita pada Ilahi.

Kalaupun kemudian hari raya Idul Fitri melahirkan tradisi mudik atau pulang ke kampung maka sebenarnya lebih bermakna hadir (terlahir) dan berkumpul kembali dengan keluarga di kampung halaman. Sejarah diri dan keluarga di kampung halaman menjadi tersambung kembali, setelah sebelumnya ditelan oleh masa dan tempat kediaman yang berjauhan.

Inilah di antara keberkahan shalat Idul Fitri yang dapat dirasakan orang umat manusia. Allahu a"lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama