Doa Agar Istikamah Shalat

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 7 Dzulhijjah 1442

Doa Agar Istikamah Shalat
Saudaraku, setelah kemarin berdoa agar dianugrahi anak yang shalih, maka tema muhasabah hari ini masih belajar dari doa atau permohonan Nabi Ibrahim as yang termaktub dalam al-Qur'an berikutnya yakni doa agar diri dan anak cucunya bisa istikamah mendirikan shalat. Allah berfirman yang artinya,  “Ya Tuhanku, jadikanlah diriku dan anak cucuku orang yang istikamah melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, terimalah doaku.  (Qs Ibrahim 40).

Dalam makna umum, istikamah dalam mengerjakan shalat dipahami sebagai sikap teguh pendirian dan konsisten dalam menegakkan shalat. Dalam makna khusus, istikamah mendirikan shalat dipahami bahwa seluruh kesadarannya diupayakan secara serius, berproses meningkatkan kualitas shalatnya, menjaga waktu-waktu terbaiknya, kontinuitasnya, keajegannya secara berkelanjutan, tidak sporadis atau dat nyeng, agar keberkahannya terasa nyata.

Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istikamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (Qs. Al-Ahqaf 13-14)

Berdasarkan normativitas di atas di antaranya dipahami bahwa orang yang istikamah dalam iman kepada Allah, dan mengabdikan diri pada Allah dengan menegakkan shalat senantiasa memperoleh jaminan ketenangan jiwa, tidak ada kekhawatiran terhadapnya dan merekapun tidak berduka cita sejak saat di dunia ini, serta dijanjikan surga yang kekal abadi saat di akhirat nanti.

Untuk bisa mengukuhkan sikap istikamah, kita bisa mulai dari sekarang. Dalam hal ini, kita harus yakin bahwa dengan hidayah Allah kita pasti bisa, ya bisa karena kita biasakan. Kita mulai memastikan keistikamahan dalam mengerjakan shalat lima kali sehari semalam. Pelaksanaannya, tentu lebuh diutamajan berjamaah ketimbang sendiri-sendiri. Sembari mengistikamahi shalat fardhu (Isya, Subuh, Lohor, Asar, Magrib, ISLAM) berjamaah, akhlak Islam menuntun agar kita memperindah dengan mengerjakan shalat-shalat sunat seperti shalat rawatib yang mengiringi lima shalat wajib, shalat dhuha, shalat lail, shalat witir dan shalat sunat yang disyariatkan lainnya.

Sembari dengan mengistikamahi keajegan kuantitas shalat, maka kita bisa meningkatkan kualitasnya, seperti melaksanannya pada waktu-waktu terbaiknya, durasi saat menunaikannya dan tingkat kekhusukannya. Juga harus ditingkatkan keindahannya saat berwudhu, pakaian yang dikenakannya dan tempat pelaksanaannya.

Meski bisa bertahap, kira-kira ilustrasinya shalat diharapkan tidak lagi menjadi keterpaksaan, tetapi sudah merupakan kewajiban. Atau bahkan sudah menjadi kebutuhan dan atau syukur-syukur sudah menjadi kelezatan. Sekarang dalam posisi yang mana, kita bisa melakukan muhasabah.

Ketika keistikamahan diri dalam mendirikan shalat sudah bisa dikukuhkan, maka kita juga berkewajiban memerintahkannya untuk hal yang sama bagi pasangan dan anak cucu kita. Allah berfirman yang artinya Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Qs. Thaha 132)

Nah, sebagai ikhtiar berikutnya, kita semantiasa memanjatkan doa pada Allah agar dianugrahi hidayah dan keistikamahan diri dan keluarga untuk shalat sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as. Kalau seorang rasul saja berdoa agar dapat istikamah shalat, maka kita harus malu bila tidak melakukannya. Bahkan idealnya, kita yang harus terus melakukannya. Allahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama