Bahagianya Seorang Ibu

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3682 Serial Hijrah
Kamis, 21 Muharam 1447

Bahagianya Seorang Ibu
Saudaraku, bila dalam.muhasabahnkemarin kita bercerita tentang bahagianya seorang ayah, kini me seorang ibu. Tapi sepertinya tidak ada kata yang benar-benar mampu melukiskan betapa bahagianya seorang ibu, bukan hanya saat bisa mengandung, bukan hanya ketika melahirkan dengan selamat, bukan pula saat menyusui dan membesarkan anak-anaknya, tapi kebahagiaan yang merentang panjang, sepanjang cinta, pengabdian dan pengorbanan tulusnya.

Bahkan bahagia seorang ibu justru semakin terasa ketika ia berhasil membesarkan. mengasuh, mendidik, dan mengantarkan anak-anaknya menjadi generasi yang shalih-shalihah, generasi Qur’ani yang hidup dengan nilai-nilai islami dalam dada, kepala dan langkah kesehariannya. Dengan semua ini memvasilitasi kesuksesan meraih "surga" dunia dan surga di sisi Allah ta'ala.

Dalam ajaran Islam, amat memuliakan ibu sejak sebelum kelahiran seorang anak. Bahkan Rasulullah ï·º menyebut ibu tiga kali dibanding ayah dalam hal bakti dan penghormatan. "Seorang sahabat bertanya: 'Siapakah orang yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?' Rasulullah menjawab: 'Ibumu.' Kemudian siapa lagi? 'Ibumu.' Kemudian siapa lagi? 'Ibumu.' Kemudian siapa lagi? 'Ayahmu.'” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tentu ini bukan sekadar tentang beban fisik, tapi karena seorang ibu melibatkan seluruh jiwanya dalam proses membentuk kehidupan anak-anak tercinta alam doanya, dalam sabarnya, dalam airmata dan dalam harapan yang tak pernah putus.

Bahagianya seorang ibu tidak dengan serta merta diukur dari seberapa tinggi jabatan anaknya, atau seberapa besar pendapatannya, tapi saat ia melihat akhlak anak-anaknya menjadi teladan kehidupan dan ketakwaannya mengakar dalam hati, lati dan pekertinya. Itulah buah sejati dari pendidikan yang bersumber dari cinta dan iman. “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucunya mengikuti mereka dalam keimanan,
akan Kami hubungkan keturunan mereka dengan mereka… (QS. Al-Thur: 21)

Dan puncak bahagia seorang ibu adalah ketika anak-anaknya mencintai Allah lebih dari dunia. Ketika mereka mampu meneladani Rasulullah ï·º  Ketika mereka menjaga shalatnya, mendawamkan amal shalihnya, menundukkan pandangannya, menjaga lisannya, dan menebar manfaat di manapun mereka berada. Inilah kebahagiaan yang tak bisa dibeli dengan harta, tetapi bisa diraih dengan cinta, doa, dan pendidikan islami yang istikamah.

Kini, tentu kita berdoa agar para ibu baik yang masih hidup, maupun yang telah kembali ke haribaan Ilahi meraih dan dianugrahi kebahagiasn sejati sebagai balasan atas peluh, letih, cinta, dan airmata yang dicurahkan demi hadirnya generasi penerus umat yang mulia.

Dan kita, bila masih diberi waktu dan kesempatan, tentu harus terus menguatkan peran kita sebagai ayah dan peran sebagai ibu, agar anak-anak kita tumbuh sebagai generasi Qur’ani: beriman, berilmu, beradab dan membawa rahmat bagi semesta. Aamiin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama