Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 6 Dzulhijjah 1442
Saudaraku, tema muhasabah hari ini masih belajar dari doa atau permohonan Nabi Ibrahim as yang termaktub dalam al-Qur'an. Allah berfirman yang artinya, Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. (Qs. Al-Shaffat 99-100)
Sebagaimana disadari bahwa di dunia ini keinginan punya anak merupakan sunatullah pada setiap orang terutama bagi yang sudah berkeluarga. Mengapa? Iya, karena anak nantinya diharapkan bisa meneruskan astafet kelestarian silsilah atau nasab keluarga, tumpuhan masa depan keluarga, di antara menjadi ladang amal, dapat mewarisi mewariskan Islam, mampu mendoakan keampunan kedua orangtuanya sehingga meraih dapat surga bersama.
Perhatikanlah normativitas yang terjemahannya tertera di atas, betapa Nabi Ibrahim as yang konon sudah tidak muda lagi tetap berharap dan memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak, dan anak yang termasuk orang shalih. Tetapi dengan kemahamurahanNya, Allah justru mengaruniai dua orang anak shalih dalam masa yang tidak berjauhan, yaitu Ismail dari perkawinannya dengan Siti Hajar yang bukan hanya shalih tetapi diangkat menjadi seorang rasulullah dan dari silsilah ini nantinya lahir Nabi Muhammad saw. Anak satu lagi yakni Ishak buah perkawinannya dengan istrinya pertama Sarah yang nantinya juga seorang rasulullah dan dari garis keturunannya nanti tampil Nabi Musa as dan Nabi Isa.
Doa itu luar biasa bukan? Ya, karena doa itu dipanjadkan kapada Allah Al-Razzaq, Allah al-Wahhab, Allah ak-Wadud; zat yang maha pemberi rezeki dan zat yang maha menyibtai hamba-hambaNya. Di samping itu, Nabi Ibrahim as yang berdoa juga "luar biasa" dalam menjemput karuniaNya.
Permohonan agar dianugrahi anak yang shalih dilakukan oleh Nabi Ibrahim as setelah dirinya (dan pasangannya) menunjukkan kedekatan dan keyakinannya pada Allah. Dalam hal ini ditunjukkan, Sesungguhnya aku (Ibrahim) pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ini sebagai bukti kedekatan dan keyakinan Nabi Ibrahim as pada Allah, sehingga digelari khalilullah, teman atau kekasih Allah.
Kenyataan di atas memberi ibrah bahwa memohon kepada Allah untuk dianugrahi anak atau keturunan itu tidak hanya pada pasangan suami isteri yang keluarganya baru terbina, tetapi sampai usia keduanya yang tidak lagi muda pun tidak ada salahnya. Karena bagi Allah tidak ada yang mustahil, tinggal kita hamba-hambaNya yang harus terus berdoa dan berusaha menjemput karuniaNya. Dalam hsl ini, kita seringkali luput dalam memahami beragam ketentuan Allah atas kita sebagsi hambaNya.
Di samping itu, doa permohonan kepada Allah agar dianugrahi anak yang shalih tentu juga bisa dilakukan bagi keluarga yang sudah dikaruniai anak. Dalam hal ini agar Allah memberi hidayah, petunjuk, kemampuan dan jalan bagi kedua orangtuanya untuk dapat membesarkan dan mendidik anak-anaknya sehingga anak-anaknya tampil menjadi generasi Qur'ani, anak shalih dan shalihah mengharumkan nama diri, keluarga, bangsa, negara dan agamanya.
Bahkan permohonan kepada Allah agar dianugrahi anak-anak yang shalih juga bisa dipanjatkan oleh semua orangtua, semua pendidik dan para pemimpin agar supaya anak-anaknya, peserta didiknya dan seluruh anak buah, staf atau rakyatnya menjadi orang yang shalih dan shalihah. Makanya dalam hal ini kita mengenal istilah adanya anak biologis, anak edukasi, anak organisasi dan anak ideologis.
Di atas semua itu, penting rasanya diingat bahwa yang dipinta adalah anak keturunan yang shalih, bukan keturunan yang rupawan; bukan anak yang hartawan, meskipun keduanya juga penting. Hal ini dapat dimengerti karena yang menjadi pangkal kebahagiaan hidup bagi manusia, baik di dunia maupun di akhirat itu adalah keshalihan bukan atas rupa atau hartanya. Srmoga anak-anak kita termasuk orang-orang yang shalih. Aamiin. Allahu a'lam