Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Ayyamul Bidh Ke-2, 14 Syakban 1444
Seimbang Pilihan
Saudaraku, di samping adanya tarikan ke atas dan ke bawah, maka keseimbangan pilihan juga pada kebenaran dan kebatilan: menjadi bermanfaat dan tidak.
Allah berfirman yang artinya, Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai suatu yang tidak ada gunanya tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (QS. Ar-Ra’du 17)
Berdasarkan normativitas yang terjemahannya tertera di atas, setidaknya terdapat dua ibrah, yakni mana yang merupakan kebenaran dan mana yang kebatilan di satu sisi dan berkualitas mendatangkan manfaat atau tidaknya di sisi lain.
Pertama, antara kebenaran dan kebatilan. Kebenaran itu datangnya dari Allah, maka tidak perlu ragu atau diragukan. Kebenaran itu bagai air atau perhiasan atau peralatan tertentu yang akan tetap bertahan, eksis, memberi kebermanfaatan di muka bumi. Sedangkan kebatikan itu ibarat buih yang mengambang atau tahi-tahi percikan api dari tukang pandai besi yang kemudian lenyap di telan masa, yang tidak ada gunanya.
Kedua, berkualitas mendatangkan manfaat dan tidak. Bahwa apapun dan siapapun yang berkualitas itu akan selalu eksis hadir memberi kemanfaatan bagi kehidupan. Tamsilannya persis seperti air yang mengairi, meratakan, menumbuhkan, menyejukkan, dan menghilangkan dahaga kehidupan.
Air juga sebagai sumber kehidupan. Bahkan kata dasar syariat itu sendiri sejatinya bermakna tanda yang mengarahkan kepada sumber air. Artinya orang yang menapakinya adalah orang-orang yang hidup mencari dan menemukan sumber kehidupan. Dan tentu, kemudian terpenuhi kebutuhan rasa dahaganya, sehingga merasakan bahagia.
Dan sebaliknya, apapun dan siapapun yang tak berkualitas ditamsilkan seperti buih yang sebanyak apapun menggunung akan tetap rapuh, mengambang, diombang ambingkan angin ke mana bertiup dan tidak membawa manfaat bagi kehidupan manusia, kecuali untuk ibrah agar mewaspadainya.
Nah bisa jadi peluangnya seimbang antara mau memilih berjalan dan hidup dengan memeluk kebenaran atau kebatilan sama halnya dengan memilih menjadi pribadi yang berkualitas bagai air atau pribadi sampah bagai buih? Inilah hidup itu pilihan. Pilihan yang konsekuensinya telah gamblang dujelaskan. Seperti firman Allah yang artinya Kebenaran itu datang dari Rabb mu, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu.” (Q.S Al-Baqarah 147)
Maka sungguh beruntung bagi orang-orang yang eling lan waspada (baca bertakwa) dan sungguh merugi bagi orang-orang yang lalai. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa merengkuh kebenaran sehingga meraih keberuntungan. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian