Muhasabah 2 Rajab 1444
Shalat "Memanggil"
Saudaraku, seperti sudah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu bahwa shalat lima kali sehari semalam merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam. Jadi orang Islam itu ya ISLAM menegakkan shalat Isya Subuh Lohor Ashar Magrib. Tentu musti lengkap, bila tidak maka Islam nya tidak bunyi, atau tidak ada.
Di samping telah ditetapkan syarat dan rukunnya, dalam petunjuk pelaksanaan (juklak)nya shalat juga ditentukan waktu ideal penunaiannya. Allah berfirman yang artinya Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Qs. Al-Nisa 103)
Untuk terus mengingatkan manusia, pada saat shalat tiba lazimnya dikumandangkan adzan (penyampaian, seruan, panggilan) sebagai penanda atau alarm agar umat Islam segera menunaikan shalat. Malah khusus shalat Jum'at (saatnya pada shalat dhuhur di hari biasa) Allah berfirman yang artinya Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Qs. Al-Jumuah 9)
Artinya untuk terealisasi pelaksanaan ibadah shalat, telah dikondisikan sedemikian rupa, seperti kaifiyat, syarat, rukun dan waktunya. Karena kewajiban harian, maka lama-lama menjadi biasa. Nah di sini persoalannya, karena ia biasa, maka oleh banyak orang shalat menjadi kebiasaan, tetapi untuk sebagian yang lain ternyata masih ada yang mensikapinya biasa-biasa saja. Shalat menjadi hal "biasa", panggilan adzan juga menjadi hal "biasa", akhirnya ya "biasa" saja. Karena sudah hal biasa, maka responnya, ya biasa-biasa wae
Padahal sebagaimana shalat, seruan atau panggilan untuk shalat adalah luar biasa. Ia merupakan penyampaian dari Allah kepada manusia; ia merupakan seruan dari Allah, Zat yang Maha Besar kepada kita hamba-hambaNya yang maha kecil; ia merupakan panggilan Allah kepada manusia agar segera memuji membesarkanNya; ia merupakan ajakan dari Sang Pencipta kepada kita hamba-hambaNya agar menang dalam kehidupan ini.
Diceritakan dari Abdullah bin Mas'ud; "Aku bertanya kepada Nabi saw , 'Amalan apakah yang paling dicintai Allah?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Shalat pada waktunya." Aku (Abdullah bin Mas'ud) mengatakan, 'Kemudian apa lagi?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Berbakti kepada dua orang tua." Aku bertanya lagi, 'Lalu apa lagi?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jihad di jalan Allâh." (HR Bukhari).
Terdapat setidaknya dua sikap ideal umat Islam dalam memenuhi panggilan dan kewajiban shalat. Pertama, orang-orang yang memenuhinya dengan bergegas agar shalat dapat segera dikerjakan. Saat adzan berkumandang atau saat telah datangnya waktu shalat, maka bersegera menuju ke masjid atau ke tempat-tempat sujud untuk bersimpuh dan bermunajad kepada Allah ta'ala. Kedua, orang-orang yang memenuhinya dengan sudah berada di atas sajadah, di masjid atau di tempat-tempat pelaksanaan shalat berjamaah. Jadi jauh sebelum adzan berkumandang sudah menanti pelaksanaan shalat sembari berdzikir atau tilawah Qur'an atau bermunajat pada Allah. Seperti mau menghadap presiden atau "orang besar" lainnya, maka jauh sebelum waktu yang disediakan, kitapun sudah menunggu di altar kebesarannya.
Tentu, selagi hayat di kandung badan, maka seruan adzan kita indahkan, bersegera agar shalat dapat ditegakkan. Sebelum semuanya terlambat, panggilan shalat mustinya diutamakan ketimbang "perniagaan" yang menyibukkan lainnya. Semoga kita dianugrahi hidayah untuk mampu takbiratul ikhram sampai salam bersama setelah sesaat dengan imam. Di samping itu, tentu mampu memperindah bangunan keislaman dengan mengerjakan shalat-shalat sunat yang disyariatkan. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian