Energi Malam

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 27 Jumadil Akhir 1444

Energi Malam
Saudaraku, menyambung muhasabah yang baru lalu dan masih dengan dasar normativitas yang sama, bahwa Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Qs. Ali Imran 190-191), maka tema muhasabah hari ini menelisik tentang energi malam.

Ya, malam itu merujuk pada makna aktase waktu yang dialami wilayah tertentu dari bumi ini yang tidak berhadapan langsung dengan matahari, sehingga gelap. Begitulah di antara sunatullahNya. Meskipun kondisinya gelap sehingga tertutup, sarat misteri, "menakutkan", penuh rahasia, saatnya istirahat, tetapi justru di situlah energi malam musti ditadaburi. Klimaksnya, gelappun sebagaimana terang dipandang oleh sebagian orang sebagai "tuhan" yang relatif ditakuti. 

Kondisi gelap berpotensi melahirkan suasana sepi, ketenangan, kedamaian, kemesraan, kesyahduan dan kekhusyukan, sehingga dengannya bagaikan selimut alami ciptaan Ilahi yang mengkondisikan, tidurnya pun terasa menjadi indah. Andai terbiasa melakukan ibadah malam atau qiyam al-lail maka kondisinya juga amat kondusif untuk mereguk kenikmatan dari Allah Rabbuna. Oleh karenanya dalam banyak riwayat, Nabi Muhammad saw melakukan qiyam al-lail taqarrub ilallah, shalat malam, dan bermunajat kepada Allah, bahkan juga membangunkan keluarganya.

Dari Amr bin ‘Abasah Radhiallahu ‘anhu bahwasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallambersabda, “Keadaan yang paling dekat seorang hamba kepada Allah ialah pada potongan malam terakhir. Jika engkau mampu menjadi orang yang berdzikir kepada Allah pada waktu tersebut maka lakukanlah.” (HR. At-Tirmidzi)
Sungguh syahdu dan khusyuk dapat beribadah di keheningan malam hingga fajar, saat mana banyak orang terlelap dalam tidurnya atau terlena dalam tontonan bolanya. Seusai shalat malam, sembari membasahi lisan dengan tilawah al-Qur’an atau dzikir semampunya, kita mengadu, melapur sekaligus memohon pada Allah atas apapun rencana, harapan dan keinginan kita.

Akan tetapi juga bisa sebaliknya karena kondisinya yang gelap, seringkali malam itu menjadi sarang kejahatan dan tipu-tipu daya, bahkan ia identik dengan kejahatan itu sendiri. Lihatlah betapa intrik-intrik, tipu muslihat, sindikat mesum, madat, minum minuman keras, maling, berjudi dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, bergelap-gelap baik di siang hari maupun apalagi malam hari. Semuanya seolah-olah tersembunyi dan disembunyikan oleh gelapnya malam.

Dengan demikian, suasana malam bagi orang-orang yang baik, maka energinyapun positif. Tetapi di tangan orang yang kurang baik, maka energinya menjadi negatif. Semoga kita mampu meraih keberkahan malam. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama