Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Jumadil Akhir 1444
Energi "Langit"
Saudaraku, dalam tuntunan Islam, keberadaan langit dan bumi serta apapun yang terjadi pada keduanya terdapat tanda-tanda kebesaran Allah. Begitulah di antara ibrah surat Ali Imran 190-191.
Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Dalam konteks ini, kita akan sedikit mentadaburi tentang energi "langit". Tapi harus buru-buru diberi anotasi bahwa ini natijah perenungan subyektif lontuan saja yang amat jauh dari kajian para saintis.
Ya, realitasnya, langit yang jelas-jelas letaknya di atas sejauh jarak pandang manusia mengajarkan tentang ketinggian, bahkan ketinggiannya jauh melampaui jangkauan kemampuan inderawi manusiawi. Konon, bahkan hingga langit ke tujuh sebelum sidrat al-muntaha. Lalu bagaimana memaknai energinya?
Ya, langit di samping "simbol kelelakian" yang menurunkan sinar mentari dan mencurahkan "hujan", sejatinya energinya justru terletak pada tarikannya, sehingga kita mengenal adanya gravitasi langit yang mengimbangi adanya gravitasi bumi.
Lalu, bagaimana menghubungkannya dengan diri kita? Nah, begini, dalam hal ini kita bisa menulai mengambil ibrah dari penciptaan diri kita sebagai manusia. Di samping unsur jasadiyah, bukankah manusia itu juga memiliki unsur ruhaniyah? Bila unsur jasadiyah karena berasal dari tanah atau materi lainnya, ia bisa melambangkan kerendahan, maka unsur ruhaniyah karena berasal dari Allah, ia melambangkan ketinggian dan keserbamuliaan. Dari sinilah kita mengerti, di samping berpotensi rendah dan hina, manusia juga berpotensi meraih ketinggian dan kemuliaan. Jadi manusia bisa rendah atau terjerembab menjadi hina kalau materialistik, tarikan ke bawah atau gravitasi bumi lebih dominan. Tetapi manusia juga bisa tinggi nan mulia, bila tarikan ke atas atau gravitasi langitnya lebih atau sangat kuat.
Agar gravitasi langit lebih besar, maka dalam kehidupan di dunia ini musti memenangkan ilham kebaikan, beriman, berilmu pengetahuan, beramal shalih, dan berakhlakul karimah. Allah berfirman yang artinya Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Mujadalah 11)
Dan bila kita resapi, maka seluruh ajaran Islam menuntun manusia untuk memenangkan ilham kebaikan, beriman, berilmu pengetahuan, beramal shalih, dan berakhlakul karimah agar tidak merugi. Dengan redaksi yang lebih relevan dengan tema muhasabsh hari ini adalah ajaran dan praktik berislam dimaksudkan untuk memperbesar gravitasi langit, sehingga manusia menjadi mulia, tinggi, terangkat derajatnya dan meraih bahagia. Semoga kita termasuk dari hamba-hambaNya yang meraihnya. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian