Muhasabah 29 Rabiul Akhir 1444
Cinta Sejati itu Abadi
Saudaraku, bila di bulan mulia Rabiul Awal yang lalu halaqah muhasabah ditegaskan pada pungkasannya bahwa cinta itu berkah, maka di bulan Rabiul Akhir ini ditutup dengan konklusi bahwa cinta yang berkah itu adalah cinta sejati dan cinta sejati itu abadi.
Ya cinta sejati itu cinta yang dapat menemukan jati diri. Maka mencintai sang kekasih itu di samping karena telah mengenali-Nya, juga karena dapat lebih mengenali diri di saat bersama-Nya. Sehingga semakin mencintai sang kekasih dapat semakin mengenali diri, dan semakin mengenali diri, akan semakin mencintai-Nya.
Nah, kata ganti "Nya" di atas merujuk pada Allah yang maha mencintai hamba-hambaNya sekaligus sebagai muara segala rasa, segala cinta, tetapi "nya" juga bisa merujuk pada siapa dan apapun jua.
Seperti yang telah diingatkan sebulan Rabiul Akhir ini. Dalam muhasabah ke-1 bulan ini halaqah muhasabah mengulangkaji tentang cinta diri dan tentu dengan alarm pengingatnya. Demikian juga cinta orangtua (muhasabah ke-2), cinta pasangan (muhasabah ke-3), cinta anak (muhasabah ke-4), cinta saudara (muhasabah ke-5) atau cinta kepada sesamanya.
Bila cinta sejati sudah terpatri di hati, maka cinta terhadap ilmu (muhasabah ke-6) akan merefleksi pada semakin dekat dirinya pada Sang Kekasih (baca Allah ta'ala). Begitu juga halnya natijah dari cinta membaca (muhasabah ke-7), cinta menulis (muhasabah ke-8), cinta amal (muhasabah ke-9), cinta pekerjaan (muhasabah ke-10), cinta harta (muhasabah ke-11), cinta tahta (muhasabah ke-12), cinta dunia (muhasabah ke-13), dan cinta popularitas sekalipun (muhasabah ke-14). Dengan demikian, segala cinta bermuara pada Allah Rabbuna.
Mengapa bermuara pada Allah? Iya, karena itulah yang dinamakan kesempurnaan cinta dan cinta yang sempurna. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah semata, maka kecintaan pada kesempurnaan sejatinya ya berpulang kepada Allah jua, dan tentu dengan kesempurnaan cinta (muhasabah ke-15). Ya cinta kepada Allah dengan sempurna, sepenuh hati dan tidak setengah-setengah.
Adalun karakteristinya merefleksi pada cinta itu damai (muhasabah ke-16), cinta itu ikhlas (muhasabah ke-17), cinta itu unik (muhasabah ke-18), cinta itu suci (muhasabah ke-19), cinta itu taat (muhasabah ke-20), cinta itu bahagia (muhasabah ke-21), cinta itu sebagai energi (muhasabah ke-22), cinta itu fokus (muhasabah ke-23), cinta itu ekspresif (muhasabah ke-24), cinta itu setia (muhasabah ke-25), cinta itu rela berkurban (muhasabah ke-26).
Nah bila dicermati, maka semua bukti cinta sejati itu perlu proses. Cinta sejati tidak datang begitu saja, tapi di sana tersedia banyak momen yang harus dilalui bersama dengan dinamikanya. Di sinilah cinta sejati diuji dan dipertaruhkan (muhasabah ke-27). Oleh karenanya cinta itu layak diapresiasi dan disyukuri (muhasabah ke-28). Inilah mengapa cinta sejati itu abadi menjadi ending dari muhasabah cinta bulan ini (muhasabah ke-29). Tiada kata dalam cinta kecuali syukur kepada Allah ta'ala. Dengan cinta sejati, semoga kita dianugrahi kebahagiaan selagi di dunia ini maupun apalagi di alam keabadian bersa Ilahi Rabby. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian