Shalat Mencegah Hubuddunya

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3532
Ahad  17 Syakban 1446 
 
Shalat Mencegah Hubuddunya
Saudaraku, di samping mencegah fitnah memfitnah, kedzaliman, kesombongan, dusta, khianat, iri dengki, riya, malas, frustasi, tamak, boros, energi shalat seyogyanya juga mampu mencegah perilaku hubuddunya bagi para pelakunya. Karena hubuddunya termasuk ke dalam perbuatan keji dan mungkar (baca setidaknya merupakan sikap atau perbuatan yang bertentangan dengan norma dan akhlak Islam). Dan idealitasnya shalat mampu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar ini.

Hubuddunya berasal dari bahasa Arab: حب الدنيا (ḥubbu ad-dunyā), yang berarti "cinta dunia". Agaknya hubuddunya menjadi klimak keserakahan. Seluruh hidupnya dihabiskan untuk mengejar harta, tahta, wanita/pria dan kesenangan dunia lainnya semata. Cintanya pada dunia, mengakibatkan lalai dan abai dengan kepentingan akhiratnya. Dunia akan dterus dikejar, dipertahankan dan dicintanya, dan takut ditinggalkannya, takut meninggalkannya. Inilah alasannya, orang yang cinta dunia lazimnya juga takut mati. Dslam sebuah riwayat Nabi bersabda

تُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الْأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

"Hampir tiba masanya bangsa-bangsa memperebutkan kalian sebagaimana orang-orang yang makan berebut hidangan mereka."
Seseorang bertanya, "Apakah karena jumlah kami sedikit saat itu?" Nabi menjawab, "Tidak, bahkan jumlah kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di atas air bah. Allah akan mencabut rasa takut dari hati musuh-musuh kalian terhadap kalian, dan Allah akan menanamkan dalam hati kalian 'al-wahn'." Seseorang bertanya, "Ya Rasulullah, apakah al-wahn itu?" Nabi menjawab, "Cinta dunia dan benci mati." (HR. Abu Dawud No. 4297, Ahmad, dan lainnya)

Padahal terlalu fokus pada dunia apalagi mencintainya, bisa terjebak dalam egoisme, kesombongan, dan ambisi yang tak terkendali.  Nah, bagaimana shalat mencegah kita bersikap hubuddunya? 

Ya, sejatinya amat gamblang. Coba kita ingat kembali bukankah shalat itu marak sowan pada Allah; ada berdiri, takbir, rukuk sujud, dan duduk dengan bacaan yang sudah makruf, hati yang mengabdi ikhlas pada Ilahi. Dan dalam ranah filosofis substantif, saat shalat, kita dituntun untuk meninggalkan seluruh urusan keduniawian, agar bisa lebih fokus sowan, memuji dan menyampaikan permohonannya.

Allah maha besar, sedangkan selainNya tak ada di hati dan tak dipikirkan saat shalat; harta itu kecil, tahta itu kecil, jual beli bisa dilanjutkan nanti, rapat bisa diskorsing, belajar mengajar bisa dilanjutkan usai shalat, istirahat itu penting tapi shalat juga jauh lebih penting, masalah itu kecil, mari segera shalat berjamaah, mari meraih kemenangan ... begitu di antara ibrah pesan seruan muadzin. Ya kita perlu dunia sebagai mazra'atul akhirat sawah ladangnya akhirat. Semoga tidak harus menjadi hubuddunya, karena bisa-bisa kemudian menjadi hamba dunia, hamba harta, hamba tahta, hamba pria/wanita.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama