Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Ayyamul Bidh ke-3, Puncak Purnama, 15 Rabiul Akhir 1444
Cinta pada Kesempurnaan
Saudaraku, bermaksud menyambung muhasabah yang lalu dalam rangka menangkap pesan moral cinta, maka tema muhasabah hari ini juga berikhtiar mengulangkaji tentang cinta, yakbi cinta pada kesempurnaan. Apalagi hari ini 15 Rabiul Akhir juga bertepatan dengan puncak purnama yang sinar rembulannya menerangi semesta dengan sesempurna cahayanya.
Nah, di antara ibrahnya adalah mengajarkan cinta pada kesempurnaan dan kesempurnaan cinta. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah semata, maka kecintaan pada kesempurnaan sejatinya ya berpulang kepada Allah jua, dan tentu dengan kesempurnaan cinta. Ya cinta kepada Allah dengan sempurna, sepenuh hati dan tidak setengah-setengah.
Adapun kecintaan kepada keluarga atau isteri/suami, anak-anak sampai cucu dan buyutnya, saudara-saudara kandungnya, guru-gurunya dan sesama manusia atau kepada selainNya, justru karena kecintaannya pada Allah ta'ala. Artinya muara cinta tetap pada Allah ta'ala. Jadi kesempurnaan cintanya bergantung pada cintanya pada Allah ta'ala. Mengapa? Ya di antaranya karena kesempurnaan sejatinya tidak ada pada manusia.
Dengan demikian ditegaskan sekali lagi bahwa kecintaan kepada selain Allah dan rasulNya, mustinya tetap dalam rangka lillah; yakni karena Allah, untuk memenuhi titah Allah dan harus senantiasa berada di jalan Allah. Makanya dalam sebuah riwayat dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah Nabi Muhammad saw bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya."
Dalam normativitas di atas di antaranya dipahami bahwa mencintai Nabi musti merefleksi pada ketaatan sepenuhnya dalam mengamalkan ajaran yang dibawanya. Karena ketaatan Nabi kepada Allah dilakukan secara sempurna, maka mencintai Nabi dalam hal ini juga bermakma sekaligus mencintai Allah. Dan inilah kesempurnaan iman dalam ajaran Islam. Ilustrasi cinta seperti ini lah yang merupakan sesempurna cinta dan cinta kepada Allah zat yang maha sempurna. Semoga kita dianugrahi hati yang mencintai Allah yang dengannya Allah mencintai kita.
Agar cintaNya kepada kita bertambah-tambah dan cinta kita kepadaNya juga bertambah-tambah, mustinya kita senantiasa memenuhi dan menaati titahNy; mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian