Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Rabiul Akhir 1444
Cinta itu Setia
Saudaraku, di samping unik, ikhlas, suci, taat, bahagia, dan sumber energi, fokus, dan ekspresif, maka cinta itu juga menghajatkan kesetiaan. Iya meskipun ada naik turun dan sangat dinamik, namun tidak semestinya mengurangi kesetiaan dalam cinta. Inilah mengapa melalui halaqah muhasabah hari ini kita diingatkan bahwa cinta itu setia.
Ya, setia atau kesetiaan itu sebagai suasana hati untuk tetap bersikap dan komitmen berpegang teguh pada janji atau pendirian kuat pada kebenaran, meski bagaimanapun beratnya tugas yang harus diemban dan ujian yang dihadapi. Inilah mengapa kesetiaan itu merupakan asas cinta yang dengannya bisa rela berkorban. Begitulah pentingnya setia dalam cinta, tentu cinta pada istri, suami, anak-anak, keluarga maupun apalagi kepada Allah Rabbuna.
Bila mendapat terpaan angin (baca godaan dan ujian) lalu goyah dan akhirnya memengaruhi kesetiaannya pada sang kekasih, maka sejatinya cintanya dipertanyakan. Malah yang lebih akut lagi dapat disebut sebagai cinta monyet, cinta main-main, atau cinta tak sesungguhnya.
Bisa jadi dan ini musti diwaspadai ketika ada yang cintanya hanya di saat-saat masih muda saja, atau saat-saat bulan baru atau pas gajian saja, atau hanya saat bergelimang dalam harta dan tahta saja atau pas kondisi mulus-mulus saja. Apa konsekuensinya, ketika sudah menua cintapun pudar; dan atau pas tanggal-tanggal berbilang cintapun menghilang; dan atau sedang jatuh papa juga tahta pun tiada cintapun tak ada sisanya. Bila seperti ini, lalu di mana janji setia yang sejak mula dipersaksikan oleh banyak orang.
Nah, makanya kesetiaan itu musti terpatri di hati sanubari, lati naik menjadi saksi, dan musti merefleksi pada pekerti hari-hari. Begitulah cinta sejati, yang menghajatkan kesetiaan untuk meraih, mempertahankan dan merasakannya. Bila cinta dengan sang kekasih di dunia ini bisa dilakukan, apatah lagi cinta kepada Sang Kekasih yang sesungguhnya, yakni cinta pada Allah ta'ala.
Allah berfirman yang artinya, di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya), (Qs. Al-Ahzab 23)
Inilah identitas seorang mukmin, dimana iman yang terhunjam di sanubari dan Islam yang telah dipersaksikan berbanding lurus dengan perilaku sehari-hari dalam sepanjang hidupnya. Ujian yang datang dan terpaan badai sekalipun tidak akan pernah menumbangkan kesetiaan yang dimiliki, justru malah semakin mengokohkannya. Semoga kita dianugrahi hati yang setia yang merefleksi pada keistiqamahan dalam ketaatan kepada Allah ta'ala. Aamiin ya Mujib al-Sailin.
Tags:
Muhasabah Harian