Cinta itu Ekspresif

Sri Suyanta Harsa 
Muhasabah 24 Rabiul Akhir 1444 

Cinta itu Ekspresif
Saudaraku, di samping unik, ikhlas, suci, taat, bahagia, dan sumber energi, dan fokus, maka cinta itu juga ekspresif. Ya inilah mengapa orang yang sedang kasmaran atau dilanda cinta lazim tampak nyata pada penampilan lahiriyahnya, gaya dan perilakunya. Ingat kan?, betapa Majnun tidak bisa menyembunyikan cintanya pada Laila (bacanya laailaha illallah). 

Dan pada umumnya, memang orang yang dilanda asmara tidak akan bisa menyembunyikan cintanya. Bila ternyata bisa, namanya cinta dipendam atau cinta terpendam yang tentu akan akan sangat menyiksa diri semata.

Ekspresi cinta dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa atau kata-kata, tetapi juga bisa melalui perbuatan nyata. Keduanya (ucapan dan perbuatan) sejatinya bisa saling menguatkan dan melengkapi. Ada orang yang jatuh cinta pada seseorang ditunjukkan dengan kata-kata yang lembut atau berbahasa verbal, seperti "saya suka anda", "saya tak mau pisah darimu", "saya senang bersamamu", "semuanya indah saat menyertimu" dan seterusnya, suka menyebut-nyebut namanya dan mendoakannya. Di samping itu ekspresi cinta juga dapat mewujud pada bahasa tubuh seperti berbunga-bunga rasanya mewujud dalam perilaku kesehariannya, sikap menaatinya, perhatian tercurah padanya, motivasi, pengurbanan, kesetiaan, keikhlasan atau lainnya

Sejak mula tentu setelah tahu lalu berusaha  mengenali, menghargai, mengapresiasi, menuruti, menggembirakan, membantunya dan mempererat jalinan relasi interaksi sehingga merasa memiliki atau dimiliki. Tetapi sejurus dengan ini, juga harus menjauhi sesuatu, sifat dan sikap yang kontradiktif dengan idaman sang kekasih. Inilah mengapa ekspresi cinta relatif menakjubkan bagi masing-masing orang. Cinta sejati tidak mengenal diskriminasi, perilaku dzalim, perilaku curang, tipu daya, manipulatif, selingkuh dan perilaku negatif lainnya.

Seirang laki-laki dan perempuan yang berazam membangun maghligai keluarga bisa menjadi satu kesatuan keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah justru karena adanya perbedaan, perbedaan jenis kelamin, perbedaan latar keluarga masing-masing, perbedaan kemampuan, berbedaan cara pandang dan seterusnya. Apatah lagi bila sudah dikaruniai banyak anak, ada yang laki-laki dan ada yang perempuan dengan ragam perbedaannya yang melekat. 

Nah, cinta yang telah diajarkan oleh semua agama di negeri tercinta, dan juga telah diwariskan oleh antargenarasi bangsa, tetap kukuh dikukuhkan dalam keseharian hidup secara nyata. Inilah cinta menjadi pilar peradaban mulia.

Dalam iman Islam, Allah sudah mewanti-wanti dalam banyak ayat, di antaranya yang mengingatkan akan ajaran memeluk cinta dan kasih sayang. Artinya, Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Al-Rum 21)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Qs. Maryam 96)

“Katakanlah (Wahai Rasulullah), Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu (Qs. Ali Imran 31)

Bila cinta pada seseorang, pada istri atau suami atau anak atau bahkan cinta pada selainnya (cinta pada kebaikan, cinta pada hikmah, cinta kebijaksanaan) sudah amat ekspresif apatah lagi cinta pada Ilahi Rabby. Kecintaan pada Allah pada gilirannya amat memengaruhi seluruh kesadaran hidupnya; hatinya semakin mensyukuri, akal budinya berusaha mentaddaburi, dan perilakunya memeluk ridha Ilahi. Kini, sudah saatnya kita membuktikan cinta. Semoga kita pandai mensyukurinya baik di hati, lati maupun pekerti. Aamiin ya Mujib al-Sailin
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama