Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 22 Rabiul Akhir 1444
Cinta itu Energi
Saudaraku, di samping unik, ikhlas, suci, taat, dan bahagia, maka cinta itu juga merupakan energi. Ya cinta itu energi karunia Ilahi. Inilah mengapa saat mencintai dan atau dicintai dapat melahirkan energi atau kekuatan pada diri. Meski sulit diukur, namun ia dapat dirasakan pengaruhnya yang luar biasa bagi yang dilanda cinta.
Karena cintanya kepada sang kekasih, seseorang bisa "dimampukan" - tentu oleh Allah - melakukan apapun jua, bahkan sampai pada hal, kemampuan dan aktivitas yang tak diduga-duga sebelumnya. Nah kita tinggal memaknainya secara positif. Dengan cinta di hati sanubari, seseorang mampu saling mempercayai, bisa saling saling berbagi, bersedia saling asah asih dan asuh, sanggup saling menjaga, siap saling berkurban, dan berkenan saling ridha satu atas lainnya. Jadi, dengan kekuatan cinta, maka yang sulit menjadi mudah, yang berat menjadi ringan, yang jauh menjadi dekat, yang "miskin" menjadi "kaya", yang ragu-ragu menjadi mantap, bahkan yang biasa-biasa menjadi indah luar biasa dalam pandangannya. Oleh karena itu nikmat mana lagi yang tak membuat manusia untuk mensyukuri?
Nah itu itulah mengapa sejak dulu kala cinta itu telah turut membangun peradaban manusia. Bukankah pondasi peradaban dan hegemoni suatu bangsa itu dibangun atas iman, ilmu dan amal shalih. Dan kita tahu betapa ketiganya berjalin berkelindan dengan memberdayakan segala potensi yang dimiliki oleh manusia. Dengannya satu persatu disiplin ilmu muncul dan berkembang, sehingga menjadi pesat. Dan induk dari semua ilmu itu adalah filsafat (hasil dari proses berpikir yang amat intensif). Bukankan filsafat itu cinta kebaikan, cinta hikmah, cinta kearifan, dan cinta kebijaksanaan. Nah bukahkah cinta menjadi primadona?
Bila cinta pada seseorang, pada istri atau suami atau anak atau bahkan cinta pada selainnya (cinta pada kebaikan, cinta pada hikmah, cinta kebijaksanaan) sudah bisa menghadirkan energi positif yang luar biasa sehingga lahir peradaban yang adi luhung apalagi energi cinta pada Ilahi Rabby.
Dalam dunia sufistik, di samping Rabi'ah al-Adawiyah yang sudah amat mashur, kita juga bisa menyebut Aisyah Ba'uniyah, yang juga mengusung konsep cinta, mahabbah pada Allah. Bahwa cinta adalah rahasia Allah yang paling agung. Ia sebagai intisari dan kejernihan, buah dari pengkhususan, wasilah mendekatkan diri. Ia jugs hakikat kemuliaan, tahasianya rahasia, lautan tanpa tepi, mutiara yang tak ternilai harganya. Cahaya tanpa kegelapan yang menyertainya. Rahasia yang tidak bisa direngkuh wujudnya. Makna yang tak bisa disifati oleh akal. Cinta yang demikian dahsyat ini sejalan dengan firman-Nya: Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar (Qs. Al-Jumuah 4).
Semoga kita dianugrahi cinta; cinta kebaikan, cinta hikmah, cinta kearifan, dan cinta kebijaksanaan. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian