Cinta Sunah (P. Ayyamul Bidh)

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Ayyamul Bidh Rabiul Awal 1444

Cinta Sunah (Puasa Ayyamul Bidh)
Saudaraku, saat muqim atau tidak bepergian Nabi Muhammad saw lazim berpuasa tiga hari di setiap pertengahan bulan qamariyah, tepatnya di hari-hari putih  (ayyamul bidh) tanggal 13, 14 dan 15. Hal ini kemudian menjadi di antara sunahnya. Ya puasa sunah ayyamul bidh, namanya, sebab tengah berlangsungnya hari-hari putih dimana rembulan tampak putih bahkan seputih-putihnya saat purnama tiba.

Nah, agar kita mencintai puasa sunah ayyamul bidh, setelah mengenalinya, maka kita berusaha mengetahui kelebihannya, berniat melakukannya, istikamah mengerjakannya, insyaallah merasakan manisnya cinta.

Adapun dalil puasa sunah Ayyamul Bidh yang dikutip dalam muslim.or.id di antaranya, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Kekasihku yaitu Rasulullah saw mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir” (HR. Bukhari)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah saw bersabda,  “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Al-Bukhari)

Dari Abu Dzar, Rasulullah saw bersabda padanya, “Wahai Abu Dzar jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi, dan Al-Nasai).

Dari Ibnu Milhan Al-Qaisiy, dari ayahnya, ia berkata, Rasululkah saw biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud dan Al-Nasai)

Dari Ibnu ‘Abbas ra beliau berkata, “Rasulullah saw biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR. Al-Nasai).

Langkah utama agar cinta pada puasa ayyamul bidh melekat ya membiasakan melakukannya. Langkah praktisnya adalah berniat berpuasa lalu tidak makan minum dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit matahari hingga terbenam. Itu saja.

Sejatinya kita telah mempraktikkan sendiri, betapa dahsyatnya kekuatan niat? Bila sudah berniat puasa, maka sepanjang hari seolah "perut" juga langsung meresponinya dengan sangat kontributif,  ia seharian tidak minta diisi. Dan bandingkan, ketika tidak berniat puasa, niscaya perut kita seolah seharian selalu keroncongan. Pagi sudah minta kopi, siang minta makan, dan sore minta kopi lagi. Ya, kan? Coba kalau niat berpuasa, maka perut kita pun kalem. Nah, praktik ini sudah kita rasakan sendiri. 

Sekarang tinggal saja membiasakannya, sehingga di hari-hari putih seperti sekarang ini, hari senin dan kamis atau hari-hari berpuasa sunah lainnya, "perut" kita dapat bekerjasama secara proaktif. Insyaallah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama