Cinta dalam Kondisi Suci

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Ayyamul Bidh Rabiul Awal 1444

Cinta dalam Kondisi Suci
Saudaraku, di antara sunah Nabi yang relatif efektif menjadi di antara self control adalah dalam kondisi suci, dalam hal ini senantiasa memiliki air wudhu. Untuk ini kita menghajatkan thaharah. Dalam hal thaharah atau bersuci pada umumnya dipahami sebagai upaya membersihkan diri dari kotoran, baik kotoran yang berwujud dan tampak maupun yang tak berwujud alias tidak kelihatan dengan menggunakan air dan atau tanah, sehingga tubuh dalam kondisi bersih juga suci dari hadas, najis, dan kotoran, agar nyaman beraktivitas dan sempurna sahnya ibadah.

Sesuai dengan kondisinya, mensucikan diri dilakukan dengan berwudhu (dalam kondisi tertentu dengan tayamum) dan mandi. Dalam kondisi bersih dan suci atau memiliki air wudhu termasuk salah satu kontrol diri (self control) agar kita senantiasa dalam ketaatan pada Allah swt. Dan Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri baik dari kotoran lahir maupun kotoran batin. Kotoran lahir dapat disucikan dengan thaharah, dan kotoran batin disucikan dengan taubat nasuha.

Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Qs Al-Baqarah 222). Di ayat lain, Allah berpesan, Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (Qs Al-Muddasir 4-5).
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Al-Musayyib dari Rasulullah sa, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah swt itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Mahabersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Mahaindah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu. Dan jangan meniru orang-orang Yahudi.” (Hr. Tirmizi ).

Oleh karena itu kita seharusnya dapat terus mengembangkan sikap untuk senantiasa dalam keadaan suci memiliki air wudhu kapanpun dan di manapun, hatta dalam istirahatnya sekalipun. Dari Ibnu Umar ra Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa tidur di malam hari dalam keadaan suci (berwudhu sebelum beranjak tidur) maka malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya malaikat itu akan berdoa ‘Ya Allah ampunilah hambaMu si fulan, karena ia tidur di malam hari dalam keadaan suci’.” (HR Ibnu Hibban)

Saat beraktivitas sehari-hari, bila kita memiliki air wudhu, maka lisan, mulut, mata, hidung, tangan, akal pikiran di kepala, kaki dan seluruh anggota tubuh kita berada dalam ketaatan pada Allah sekaligus dapat terpelihara dari hal-hal yang tidak diinginkanNya. Rasanya mustahil tangan yang ada air wudhu digunakan untuk menyakiti orang lain atau untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya, tidak mungkin mata dan telinga yang basah dengan air sembahyang digunakan untuk melihat atau mendengarkan hal-hal yang seronoh, kaki yang bersuci untuk melangkah pergi ke tempat maksiat. Inilah self control yang sangat praktis dan efektif.

Dan tentu kecintaan terhadap kondisi selalu suci memiliki air wudhu menjadi energi positif yang memengaruhi menuntun dirinya pada hal-hal yang baik dan menghindarkan diri pada dosa dan maksiat. Oleh karenanya nanti di akhirat, orang-orang yang senantiasa suci memiliki air wudhu akan dibangkit dari kuburnya dengan bercahaya berseri-seri yang dengannya mudah dikenali oleh Nabi.

Maka pastikan selalu punya wudhu. Insyaallah tidak sulit kita mulai dari diri sendiri dan sekarang. Bagaimana kiat agar kita mencintai kesucian diri. Ya diniati dari sekarang dan dibiasakan. Misalnya,  usai mandi di pagi hari atau sore hari atau kapapun juga kita akhiri dengan mengambil air wudhu, lalu kita beraktivitas apa saja dalam kesucian diri. Bila batal, apatah salahnya bila kita mengambil wudhu lagi, apalagi memungkinkan untuk ini, kecuali dalam kondisi sulit.

Ya sering benar juga bahwa cinta itu bisa karena terbiasa bersamanya, witing trisno jalaran soko kulino. Bila belum juga, sebaiknya mulai sekarang,  mengenalinya, mengetahui kelebihannya, memulai mendekatinya (baca mengerjakannya), senantiasa suka menjumpainya (baca istikamah mengerjakannya), insyaallah merasakan manisnya cinta. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama