Muhasabah 12 Rabiul Awal 1444
Cinta Risalah Nabi
Saudaraku, di samping cinta Rasul dan cinta sunah, tentu kita juga cinta risalah. Inilah latar sehingga muhasabah hari ini diracik di bawah judul cinta risalah Nabi. Ya cinta risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad saw.
Risalah sejatinya merupakan pesan ilahiyah yang diemban oleh para rasul utusanNya sejak awal keberadaannya hingga Rusulullah Muhammad saw. Allah berfirman yang artinya Tiap-tiap umat mempunyai Rasul, maka apabila datang Rasul mereka, diberilah keputusan di antara mereka dengan adil dan mereka tidak di dzalimi sama sekali” (Qs Yunus: 47)
Karena risalah realitasnya berlangsung sambung-menyambung sejak mula hingga sempurna dan paripurna pada diutusnya Nabi Muhammad saw, maka kecintaan terhadap risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad saw sejatinya merupakan perwujudan dari keimanan kepada para rasul secara keseluruhan.
Oleh karena risalah ilahiyah (risalah Islam) yang diemban oleh Nabi Muhammad bersifat universal dan komprehensif. Hal ini di antaranya ditandai pada sifatnya yang mukammil al-risalat menyempurnakan risalah sebelumnya, ajarannya serba meliputi, kaafata linnas, berlaku untuk seluruh manusia dan rahmatan lil'alamin merahmati seluruh alam semesta.
Ketika kemudian, Nabi Muhammad saw wafat, maka fungsi ketersambungan dan kelestarian risalah terpundak pada para ulama sejak para sahabat, tabi'in, tabi' tabi'in hingga ulama mutaakhirin.
Abu Al-Darda berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hr. Abu Daud No. 3641)
Oleh karenanya kecintaan pada risalah mustinya mewujud dalam keaktifan mengambil peran dakwah dan pendidikan. Pertama dimulai dari mengimani, yakni meyakini kebenaran dan kesempurnaan risalah Islam yang dibawa okeh Nabi. Kedua, mempelajari sembari mengamalkan secara kafah meski bertahab. Ketiga, mewariskannya oleh dan antar generasi. Semoga kita amanah. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian