Muhasabah Hari Putih Ke-2,14 Muharam 1444
Alarm Revitalisasi
Saudaraku, di samping harmonisasi sebagaimana pesan muhasabah yang baru lalu, peran masing-masing dari tri pusat lingkungan pendidikan (informal, nonformal dan formal) semestinya diperkuat dengan sepenuhnya mengabdikan seluruh sumber daya dan kemampuan yang dimiliki untuk membangun anak negeri. Inilah latar mengapa tema muhasabah hari ini diracik dengan judul alarm revitalisasi, guna mengingatkan betapa pentingnya ikhtiar penguatan. Hal ini juga bersesuaian dengan hijrah substantif; yakni menuju kondisi yang lebih baik, lebih kuat, dan menjadi unggul.
Kita sepakat bahwa institusi pendidikan informal yang bertumpu pada keluarga, nonformal pada masyarakat dan formal pada sekolah merupakan pranata pendidikan yang sangat vital bagi pembangunan manusia, maka upaya untuk mengingatkan agar memperkuat kembali merupakan upaya strategis dalam pembangunan nasional bangsa ini. Di antara ikhtiar dalam merevitalisasi di ketiga institusi pendidikan dimaksud adalah dengan penyadaran melalui pendidikan atau dakwah atau sejenisnya.
Pertama, institusi pendidikan keluarga. Setiap keluarga atau calon pasangan suami istri harus menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting. Bahkan menjadi di antara indikator penting penentu tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Artinya, keluarga yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang cerdas atau terpelajar, maka akan mudah berpikir logis, berkomunikasi yang baik, berpikir positif dan berpenghidupan yang layak, sehingga menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah menjadi kenyataan.
Dasar-dasar religiusitas terutama akidah, ibadah dan akhlak harus sudah dimulai sejak sedini mungkin sehingga diharapkan memasuki usia baligh, anak-anak kita sudah mampu mengukuhkan dasar-dasar religiusitas dalam kehidupannya. Nanti ketika memasuki pergaulan di sosiokulturalnya atau di bangku sekolah formalnya tinggal pengembangan seiring dengan spesialisasi yang diminati dan ditekuni.
Apresiasi terhadap institusi keluarga yang dapat mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warrahmah memang tidak harus berupa pujian atau hadiah seperti yang pernah diberikan oleh penerintah, tetapi juga bisa berupa apresiasi dengan dijadikannya sebagai keluarga panutan yang dapat dirujuk oleh keluarga lain di sekitarnya.
Kedua, institusi pendidikan masyarakat. Ketika sebuah keluarga berhimpun dengan banyak keluarga lain dan menempati wilayah yang sama, maka secara otomatis sudah terbentuk satu komunitas atau umat atau masyarakat. Lazimnya, setiap komunitas ini kemudian diikat dan terikat dengan norma yang dipatuhi, baik norma itu tertulis maupun tidak. Nah di sinilah pranata pendidikan itu tercipta; memvasilitasi proses belajar dan mengajar warganya. Disadari atau tidak setiap orang dipengaruhi dan memberi pengaruh (baca belajar dan mengajar) satu atas lainnya dalam ikatan sosiokuktur yang terjaga.
Oleh karena itu, upaya revitalisasinya dapat dilakukan dengan mengintensifkan rt rw, perangkat desa, pkk, komunikasi, penyuluhan, dakwah, pengajian, kultum bakda magrib, rapat-rapat persamaan persepsi, pembuatan brosur atau pamflet yang mendidik, gotong royong, melibatkan warga dalam pembangunan desa dan seterusnya.
Masyarakat yang tertata, lingkungannya aman, nyaman dan asri, tingkat kesejahteraan warganya relatif di atas rata-rata di bawah ridha dan kasih sayang Allah ta'ala rasanya menjadi prototipe ideal dambaan semua orang terutama pemegang amanah negeri di manapun berada.
Sebaliknya masyarakat yang materialis, individualis, acuh tak acuh terhadap apapun yang terjadi di sekitarnya, apalagi permisif bagi segala perilaku, merupakan lingkungan hidup yang tidak kondusif bagi pendidikan anak-anak warganya.
Ketiga, institusi pendidikan formal, sekolah atau madrasah atau perguruan tinggi. Karena sifatnya formal, maka upaya revitalisasinya biasanya lebih sistemik, terencana, terorganisir dengan pendanaan yang memadahi dan didukung SDM yang profesional baik oleh penerintah maupun swasta pemiliknya.
Misalnya revitalisasi di sekolah atau madrasah atau PT tertentu dimulai dari perumusan visi misi tujuan dan sasaran institusi jelas visioner terukur, lalu diikuti dengan managemen institusi, rekruitment dan peningkatan kualitas juga kualitasnya sdm, pengembangan atau peninjauan kurikulum, pengadaan sarana prasarana, mengefektifkan monev dan tindak lanjutnya.
Apresiasi bagi institusi pendidikan seperti sekolah atsu madrasah atau perguruan tinggi dapat dicermati pada perolehan petingkat akreditasinya yang unggul. Dan lazimnya juga diikuti dengan tingkat kepercayaan masyarakat dengan menyekolahkan anaknya ke sekolah atau madrasah atau prodi PT dimaksud. Sementara sekolah atau madrasah atau prodi PT yang tidak melakukan revitalisasi sehingga tidak terakreditasi, maka akan ditinggalkan oleh masyarakat dan lama-lama mati sendiri.
Semoga kita bisa terus berbenah, senantiasa hijrah ke arah yang lebih cerah, lebih maslahah. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian