Alarm Partisipasi

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Muharam 1444

Alarm Partisipasi
Saudaraku, mensyukuri kemederkaan dan memaknai hijrah musti dilakukan secara kolektif jama'i, seluruh komponen anak negeri ini. Dengan demikian diperlukan partisipasi aktif dari masing-masing diri secara proposional dan profesional. Inilah latar sehingga muhasabah hari ini diberi judul alarm partisipasi. 

Ya seperti alarm, muhasabah ini juga mengingatkan diri betapa pentingnya partisipasi dalam mengisi kemerdekaan dengan selalu hijrah menuju kebaikan dan membangun negeri. Dengan demikian mengisi kemerdekaan dengan membangun negeri itu merupakan langkah konkret kita mensyukuri karuniaNya sekaligus memaknai hijrah terus menerus.

Allah berfirman yang artinya "apabila kamu selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Qs. Al-Insyirah 7-8).  

Berdasarkan normativitas yang terjemahannya tertera di atas, di antara ibrahnya adalah seruan agar kebahagiaan berupa kemerdekaan yang kita rasakan dapat diikhtiarkan dan disusul dengan kebahagiaan berikutnya. Maka ketika bisa bersama-sama mengisinya dengan membangun negeri sembari berharap kepada Ilahi Rabby, kebahagiaan demi kebahagiaan pun akan diraih dirasakan oleh seluruh anak bangsa ini.

Membangun negeri musti dimulai dari komitmen membangun diri secara holistik. Sebagai bagian dari bangsa ini, masing-masing pribadi musti menyadari dan berpartisipasi aktif dalam membangun negeri. Siapapun diri kita, apapun jabatan yang kita diemban dan di manapun kita berada  harus benar-benar berpartisipasi aktif dalam membangun negeri.

Bila kita sebagai pelajar atau mahasiswa, maka belajar dengan baik dan mengikuti peraturan yang berlaku sudah merupakan partisipasi dalam membangun negeri. Apalagi bisa mengharumkan institusi juga negeri ini dengan menorehkan prestasi demi prestasi bahkan hingga keluar negeri.

Seandaiya kita seorang pendidik, baik pendidikan kodrati maupun profesional, baik pendidik di institusi pendidikan informal (orangtua), non formal (tokoh/ masyarakat) maupun institusi formal (guru dan dosen), maka mendidik sepenuh hati sudah merupakan partisipasi penting dalam membangun negeri.

Apabila seorang ASN, maka kitapun bekerja sesuai tupoksi dan amanah masing-masing diri. Seandainya seorang dokter atau tenaga media, kita pun bekerja sesuai kode etik yang berlaku. Bila seorang tentara atau polisi atau tenaga keamanan lainnya, maka  kitapun bekerja atau melakukan aktivitas sesuai SOP dan regulasi yang berlaku. 

Bila seorang pemimpin negeri sejak dari tingkat desa hingga negara, dari tingkat prodi hingga puncak di sebuah perguruan tinggi, maka kitapun bekerja secara cerdas dan dedikatif mengelola negeri dan institusi ini dengan amanah. Meminjam filsafat amongnya Ki Hajar Dewantara, musti ing ngarso sun tulodho, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Pemimpin itu musti bisa tampil menjadi suri teladan (menjadi qudwah dan uswah), bisa membersamai membangkitkan semangat dan bisa memberi inspirasi. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama