Muhasabah 26 Muharam 1444
Alarm Kehadiran
Saudaraku, di dunia perkantoran dan atau kerja berorganisasi, kehadiran pegawai dan karyawan menjadi sangat penting. Olah karenanya secara administratif untuk memenuhi dan menjaga kedisiplinan pegawai, diberlakukanlah "absensi" atau pingerprint.
Pingerprint merupakan teknologi biometrik yang berfungsi merekam pola sidik jari atau wajah yang kemudian pola tersebut disimpan, digunakan untuk kebutuhan identifikasi. Pada saat-saat diperlukan yakni saat datang dan pulang, bukti kehadiran dapat dilakukan dengan menempelkan sidik jari dan atau menghadapkan wajah pada mesin pingerprint. Dan dalam perkembangannya bisa juga dilakukan secara online atau melalui aplikasi dengan cara tertentu.
Keywordnya bahwa kehadiran itu penting, kedisiplinan dalam kehadiran itu amat penting dan kerja cerdas itu lebih penting. Meski penting, namun seringkali juga lupa; hadir ada, kerja ada, kuliah ada eh ... absensinya lupa. Oleh karenanya perlu alarm agar membantu mengingatkannya. Misalnya alarm bisa distel di hp, saat jam masuk/datang dan saat jam pulang.
Saking pentingnya kedisiplinan dalam kehadiran atau melakukan pingerprint lalu bekerja dengan cerdas ikhlas dan tuntas, maka hal ini dapat dijadikan sebagai indikator yang menunjukkan loyalitas dan dedikasi seorang pegawai atau karyawan terhadap amanah pekerjaannya.
Ilustrasi di atas adalah gambaran kerja di dunia dan dipertanggungkan dengan sesamanya. Lalu bagaimana tentang relasi vertikal kita dengan Allah?. Agaknya seperti ilustrasi itulah kira-kira, bahwa kehadiran kita ke haribaan Allah ta'ala itu sangat penting. Jadi pinger vertikal itu sangat bermakna.
Sebagai hambaNya yang baik, setiap hari kita musti menyatakan hadir dengan sowan di haribaan Allah setidaknya lima kali. Sekali dalam sepekan setiap Jumat musti hadir ke rumah Allah (baca Masjid) untuk menghadap Allah melalui shalat jumat. Dan setidaknya sekali dalam hidupnya di dunia ini musti hadir di rumah Allah di Masjidil Haram guna menunaikan ibadah haji.
Nah "alarm" yang mengingatkan dan menyeru agar kita hadir sowan di hadapan Allah secara harian dalam penunaian shalat fardhu adalah adzan dan iqamat. Oleh karenanya saat mendengar adzan apalagi iqamat, maka tidak ada jawaban lain kecuali samikna wa athakna, kami mendengarnya, kami menaati, kami mengindahkannya.
Tingkat kedisiplinan, intensitas dan kekhusyukan saat hadir atau sowan ke haribaan Allah merupakan relasi hamba dengan Rabbnya, maka juga bisa sebagai indikator yang menunjukkan tingkat loyalitas pengabdian hamba ke atas Rabbnya.
"Alarm" shalat Jumat dan "alarm" menunaikan ibadah haji juga begitu jelas dan berulang kali, sekarang bergantung pada masing-masing pribadi dalam meresponi.
Bila "alarm" sudah berbunyi, adzan sudah berkumandang, panggilan berulangkali disampaikan, tetapi masih saja abai dan tidak mempedulikannya, padahal ini merupakan panggilan Allah, maka bagaimana pula bisa memenuhi panggilan dari sesamanya. Akhirnya hilanglah kepercayaan orang kepadanya.
Ketidakhadiran apalagi dalam beberapa kali atau mangkir beberapa hari, bisa-bisa mendapat teguran (baca ujian atau hukuman) dari atasan, atau bahkan adanya tidak dianggap ada. Coba bayangkan bila seperti ini? Kita mendapat teguran dari Allah atau diberi ujian/hukuman atau kita dianggap tidak ada padahal masih bernafas. Na'udzubillahi min dzalika!
Oleh karenanya ketika mendengar "alarm" berupa adzan yang menyeru mengingatkan dan mengajak shalat dan panggilan shalat Jumat dan berhaji, maka pastikan samikna wa athakna, kami dengar, kami mengindahkan segera shalat, segera shalat jumat dan segera mendaftar haji. Aamiin ya Mujib al-Sailin.
Tags:
Muhasabah Harian