Alarm Agenda

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Muharam 1444

Alarm Agenda
Saudaraku, dalam kehidupan ini, apabila kita memiliki agenda amaliyah atau kalender ibadah yang telah kita kukuhkan secara istikamah, maka aktivitas amaliyah itu akan mengkarakter mempribadi menjelma menjadi akhlaq al-karimah. Oleh karenanya, tanpa alarm manual pun amaliyah ini sudah praktis melembaga dalam kehidupan sehari-hari.

Di antara agenda yang lazim dikukuhkan ada yang bersifat fardhu seperti shalat yang lima, ada yang bersifat sunah seperti qiyamul lail (dengan shalat tahajud, witir, berdzikir dan tilawah), shalat dhuha, shalat rawatib, berpuasa sunah, bersedekah dan dalam kondisi suci memiliki air wudhuk. Di samping itu banyak di antara kita yang juga rutin berolahraga, disiplin kerja saat pergi dan pulangnya, beraktivitas membaca dan menulis.  (Sampai di sini, mungkin akan ada yang menambahkan agenda ngopi ... di mana dan dengan siapa gitu, ya silahkan saja, yang penting apapun halal dan bermanfaat)

Sudah banyak di antara kita, yang kesemua - atau sebagian - agenda amaliyah di atas bukan saja sekadar sebagai kewajiban yang harus terus ditunaikan, tetapi sudah menjadi kebutuhan. Bahkan ada yang sudah menikmatinya sebagai kelezatan. Subhanallah, sungguh indah kepribadiannya! Dalam hal ini kita layak terus bermuhasabah dan berbenah agar lebih maslahah.

Di samping agenda "tetap" seperti ilustrasi di atas, lazimnya kita  juga memiliki agenda yang sifatnya insidental, sesekali, tidak rutin dan tentu ini relatif berbeda bagi masing-masing orang. Di antaranya agenda rapat, menghadiri undangan (walimatul 'ursy, khitanan, syukuran ... apa gitu, takziyah), jadwal memberi kutbah atau ceramah, munaqasyah mahasiswa, memenuhi janji dan sejenisnya. Agenda yang bersifat insidental ini agaknya alarm diperlukan sebagai pengingat diri, meskipun ada juga para pihak yang mengingatkan kembali sebelum saatnya berlangsung.

Bukankah, banyak di antara kita yang keliwatan atau lupa memenuhinya, sehingga merasa tidak nyaman karenanya. Lontuan rasa alarm agenda terutama yang bersifat insidental menjadi penting. Apalagi bagi seorang mukmin, menghadiri undangan itu hukumnya wajib. Demikian juga memenuhi janji. Semoga kita menjadi lebih istikamah, lebih disiplin dan lebih berbahagia. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama