Muhasabah 17 Muharam 1444
Alarm Aktualisasi
Saudaraku, bermaksud menyambung muhasabah tentang ibrah hijrah, maka tema muhasabah hari ini akan mengingatkan ulang tentang aktualisasi diri, sehingga diracik di bawah judul alarm aktualisasi (diri).
Aktualisasi diri di sini dipahami sebagai segala ikhtiar pengerahan daya dan kemampuan yang dimiliki dibarengi dengan doa dan tirakatnya untuk mewujudkan cita-cita dan jati diri sehingga bisa eksis secara bermartabat di kehidupan sosio kultural yang mengitarinya. Dan yang penting, bisa mulia dalam pandangan Allah dan mulia dalam pandangan sesamanya.
Bila dihubungkaitkan dengan ibrah hijrah, bukankah hijrah yang dilakukan oleh Nabi dan sahabat juga dalam rangka aktualisasi Islam? Yakni agar Islam membumi merahmati seru sekalian alam. Dan ternyata benar dari momentum hijrah ke Madinah, maka hari demi hari dari sini bersemi menembusi dinding jazirah Arab bahkan melintas batas benua.
Tentu, sebagai umat beragama, kita layak mensyukuri apapun yang dianugrahkan oleh Allah atas masing-masing diri kita. Dalam pandangan iman Islam, tidak ada sesuatupun dan atau apapun yang sia-sia dicipta; semua ada tempat dan maknanya baik dalam kebersamaannya maupun kesendiriannya. Tentu, juga termasuk tentang hal ikhwal diri kita masing-masing.
Nah, langkah strategis untuk mengaktualisasikan diri dalam kehidupan ini, agaknya musti diawali dengan ikhtiar mengenali diri sendiri, memahami bakat dan kemampuan apa yang dimiliki atau setidaknya apa saja yang diminati. Termasuk juga kelemahan yang ada. Setelah langkah memahami diri hingga proses penerimaannya dilakukan sepenuh dan seikhlas hati, maka langkah berikutnya adalah belajar dan berupaya maksimal untuk melakukan hal-hal praktis juga hal-hal yang konkret dalam menggapai cita-cita.
Meminjam dahsyatnya ledakan teori relativitas Einstin E=mc² maka kita dapat menganalogikan dengan rumus melahirkan ledakan kesuksesan atau dahsyatnya kebahagiaan. Jadi E itu adalah energi yang dihasilkan dari perkalian antara m atau massa atau potensi sekecil apapun juga dengan c² atau kecepatan cahaya yang dikuadratkan. Padahal kecepatan cahaya itu dalam ruang hampa yaitu 300.000.000 m/s atau 3.10^8 m/s. Maka bisa dibayangkan doa dan ikhtiarnya.
Coba kita renungkan! Seandainya kita memiliki potensi atau bakat atau keinginan, yang kemudian kita lesatkan dengan program-program jitu, langkah-langkah konkret terus menerus seperti kecepatan cahaya yang dikuadratkan, maka dengan ridha Allah pasti akan melahirkan ledakan energi yang amat dahsyat seperti ledakan bom atom si fatman n littleboy di Jepang 77 tahun yang silam.
Begitulah kita berikhtiar mengaktualisasikan diri dalam altar kehidupan ini. Dan tentu, dalam seluruh aktivitas dan praktik aktualisasi diri kita musti jujur pada diri sendiri juga sesamanya, disiplin, istikamah, bertanggungjawab dan menjauhi sikap kepura-puraan.
Dan dalam kondisi tertentu, kita sering dihadapkan pada masalah atau juga keadaan yang tak lazim atau bahkan mendesak penanganannya, maka sebaiknya kita tidak takut membuat keputusan yang tidak populer, sekalipun keputusan tersebut bertentangan mainstream yang ada. Semoga kita bisa. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian